Show simple item record

dc.contributor.advisorMuzayin Nazaruddin, S. Sos
dc.contributor.authorDendy H.Nanda
dc.date.accessioned2021-12-21T09:45:16Z
dc.date.available2021-12-21T09:45:16Z
dc.date.issued2011
dc.identifier.urihttps://dspace.uii.ac.id/handle/123456789/35334
dc.description.abstractDendy H. Nanda (Nim 07331104), Skripsi, Studi Kritis Atas Corporate Social Responsibility: Relasi Kuasa Dalam Jejaring Pendanaan dan Program NGO di Yogyakarta. Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, 2011. Corporate Social Responsibility (CSR) tidak lagi sebatas tindakan amal dan kebaikan sosial dari perusahaan ke masyarakatnya, ia telah melangkah lebih jauh, yakni sudah menjadi strategi bisnis. Bahkan saat ini sebagian dari uang CSR telah masuk ke LSM di Indonesia khususunya di Yogyakarta. Masuknya dana CSR dari perusahaan asing ke NGO yang bergerak di bidang kemasyarakatan tentunya sangat mengherankan, melihat semangat korporasi dan NGO sangatlah berbeda. Korporasi yang orientasinya pada keuntungan finansial, sementara LSM orientasinya adalah pemberdayaan masyarakat dan merupakan lembaga non-profit. Untuk itu kita perlu memperhatikan relasi-kuasa yang dilakukan korporasi pada NGO melalui jejaring pendanaan yang mereka salurkan. Kuasa yang dimaksud disini bukan siapa menguasai siapa, tetapi lebih pada strategi dan kepentingan yang ada di dalam relasi antara perusahaan dan LSM. Rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana relasi kuasa dalam jejaring pendanaan dan program NGO di Yogyakarta? Metode yang dirasa sesuai untuk menjawab rumusan masalah tersebut adalah penelitian kualitatif dengan bersandar pada paradigma kritis. Ada pun narasumber dari penelitian ini berjumlah dua belas orang. Sepuluh orang diantaranya adalah aktivis dan petinggi LSM di Yogyakarta dan dua lainnya adalah mantan aktivis LSM. Penelitian ini menghasilkan beberapa temuan. Pertama, proses pengajuan program dunia kerja LSM yaitu, pengumuman terbuka, sosialisasi terbatas dan hubungan langsung. Kedua, Alasan dan pertimbangan lembaga donor dalam memberikan dana ke LSM adalah kepercayaan pertemanan dan rekomendasi. Ketiga, cara penetuan isu yaitu, pewacanaan isu oleh lembaga donor, pewacanaan isu oleh LSM, isu diarahkan oleh lembaga donor, dan kejadian tak terduga. Keempat, proses monitoring dan evaluasi dilakukan dengan 3 cara yaitu internal donor, internal LSM, dan independen. Sementara proses monitoring dan evaluasi terkosentrasi pada tiga kegiatan saja, yakni keuangan, administrasi dan hasil. Kelima, dalam usaha mendapatkan dana dari lembaga donor LSM kecil akan menginduk atau kaloborasi dengan LSM besar. Sementara hubungan antar sesama LSM besar terjadi proses kanalisasi dana. Hasil renungan dari teoritik dari temuan penelitian adalah, pertama, lembaga donor bertidak lebih superior dibanding LSM dengan mememfaatkan dana yang mereka miliki. Kedua, Relasi kuasa yang terjadi antara lembaga donor dan LSM adalah penyebaran isu demokratisasi. Ketiga, Melalui praktik panopticon, monitoring dan evaluasi dijadikan sebagai alat pendisiplinan kerja LSM. Keempat, dana CSR yang masuk ke LSM merupakan bagian dari praktik neokolonialisme serta bagian dari upaya penyebaran gagasan noelibralisme. Kata Kunci: Corporate social responsibility, lembaga swadaya masyarakat, relasi kuasa, wacana, ponopticon, neokolonialisme, neolibralismeen_US
dc.publisherUniversitas Islam Indonesiaen_US
dc.subjectCorporate social responsibilityen_US
dc.subjectlembaga swadaya masyarakaten_US
dc.subjectrelasi kuasaen_US
dc.subjectwacanaen_US
dc.subjectponopticonen_US
dc.subjectneokolonialismeen_US
dc.subjectneolibralismeen_US
dc.titleStudi Kritis Atas Corporate Social Responsibility: Relasi Kuasa dalam Jejaring Pendanaan dan Program LSM di Yogyakartaen_US
dc.Identifier.NIM07331104


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record