Analisis Kebijakan Prancis Terhadap Keanggotaan Turki Di Uni Eropa Era Emmanuel Macron (2017-2019)
Abstract
Dalam proses negosiasi untuk bergabung ke Uni Eropa, setiap negara harus
memenuhi persyaratan yang telah dibuat oleh kelompok. Setiap masa pemerintahan
memiliki pendapat yang berbeda, ada yang mendukung dan ada yang menentang.
Dimulai dari Presiden Jacques Chirac mendukung Turki bergabung ke Uni Eropa,
Nicolas Sarkozy menentang Turki ke UE, dan Francois Hollande mendukung Turki ke
UE. Sementara itu, hubungan bilateral antara Prancis-Turki juga mengalami pasang
surut. Tidak hanya itu, hubungan kedua negara sempat mengalami ketegangan karena
perbedaan argumen, penghinaan kartun Nabi Muhammad SAW., masalah
islamophobia, dan perbedaan pandangan terkait pemberantasan terorisme. Sehingga,
pada era kepemimpinan Emmanuel Macron, Prancis tetap menolak Turki bergabung ke
UE karena Turki belum memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh UE. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis alasan Prancis tetap menolak Turki bergabung ke Uni
Eropa menggunakan teori Konstruktivisme yang digagas oleh Nicholas Greenwood
Onuf. Dalam penelitian ini, penulis menemukan tiga variabel yang melatarbelakangi
Prancis menolak Turki ke UE. Yang pertama adala Speech Act berdasarkan statemen
yang diucapkan oleh presiden Prancis Emmanuel Macron,. Yang kedua adalah Deeds
yang didasari atas tindakan Prancis dari kebijakan luar negeri Prancis. Dan yang
terakhir adalah Rules yang didasari oleh hubungan kerjasama antara Prancis dan Turki
pasca hubungan kedua negara renggang.
Collections
- International Relations [502]