Perancangan Strategi Mitigasi Risiko Pada Scm Pertanian Organik
Abstract
Supply Chain Management (SCM) pada sektor pertanian berbeda dengan SCM pada
sektor manufaktur karena sektor pertanian lebih bersifat dinamis. Setiap bagian pada SCM
pertanian memiliki risiko dan cara menangani yang berbeda. Sehingga pengelolaan risiko
melalui manajemen risiko yang tepat harus dilaksanakan untuk memastikan kualitas produk
yang dihasilkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui risiko-risiko yang muncul di
SCM pertanian organik dan untuk mengetahui jumlah agen risiko pada setiap bagian dari
SCM pertanian organik yang menjadi prioritas penanganan berdasarkan indikator kinerja
berkelanjutan yang dihasilkan serta untuk mengusulkan perancangan strategi mitigasi risiko
yang tepat pada indikator kinerja bagi SCM berkelanjutan pertanian organik.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode House of Risk. Metode ini
diawali dengan penyusunan Key Performance Indicator (KPI) bekelanjutan pada SCM
Pertanian Organik kemudian dilanjutkan dengan penyeleksian Key Performance Indicator
berkelanjutan menggunakan metode skala likert yang kemudian dilanjutkan dengan
pembobotan prioritas strategi mitigasi risiko pada setiap bagian dari SCM pertanian organik.
Adapun pengambilan data pada penelitian ini dilakukan dengan serangkaian wawancara
secara mendalam dan pengisian kuesioner kepada para responden yang ada pada SCM
pertanian organik ini. Pada penelitian ini, SCM pertanian organik berada di daerah Sleman.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pada supplier pertanian organik terdapat 17
risk event dan 39 risk agent serta 11 mitigasi risiko dominan. Adapun sumber risiko terbesar
diakibatkan oleh faktor ekonomi. Pada maufaktur pertanian organik terdapat 21 risk event
dan 35 risk agent serta 5 mitigasi risiko dominan. Adapun sumber risiko terbesar diakibatkan
oleh faktor lingkungan. Sedangkan pada distributor pertanian organik terdapat 13 risk event
dan 34 risk agent serta 6 mitigasi risiko dominan. Adapun sumber risiko terbesar berkaitan
dengan faktor lingkungan. Berdasarkan penelitian ini, metode yang telah dilakukan peneliti
dapat dijadikan alternatif pilihan untuk merancang strategi mitigasi tidak hanya pada sektor
pertanian organik namun dapat diterapkan juga pada sektor lainnya.