Show simple item record

dc.contributor.advisorIr. H. Hanif Budiman, MSA
dc.contributor.authorPanji Kharisma Rayrizki
dc.date.accessioned2021-10-19T06:32:33Z
dc.date.available2021-10-19T06:32:33Z
dc.date.issued2011
dc.identifier.urihttps://dspace.uii.ac.id/handle/123456789/33391
dc.description.abstractSebagai sebuah kota pelajar, keberadaan anak - anak muda di Jogja pun sedikit banyak memiliki dampak pada perkembangan kultur kehidupan kota Jogja. Kegiatan - kegiatan yang berbau generasi muda amat berkembang. Pokoknya apa saja yang sekiranya berorientasi kepada anak muda, pasti potensial untuk berkembang di Jogja. Dan salah satu aktifitas anak - anak muda Jogja yang sejak dulu selalu digeluti adalah musik. Ini memang sebuah image Yogyakarta yang sebenarnya sudah menempel pada Jogja sejak lama. Kehidupan bermusik di kota ini tak pernah mati, dari musik tradisional hingga musik modern. Tanpa kita sadari, sejak lama jika malam hari, khususnya di Malioboro, ada banyak berseliweran para penyanyi jalanan yang modalnya bervariasi. Dari sekadar gitar bolong, sampai yang modal bikin perkusi sederhana sebagai pengganti drum. Sebagian besar dari mereka juga tidak asal “njeplak” atau asal – asalan nyanyi. Jika menyimak performancenya lebih dalam, beberapa di antaranya malah ada yang memiliki skill bermusik cukup baik. Lalu Jogja juga cukup dikenal dengan para musisi/seniman tradisionalnya seperti Djaduk Ferianto dan Butet Kartaredjasa. Dan belakangan, terutama sejak 10 tahun terakhir, kota Jogja malah memiliki beberapa band yang mampu berkiprah secara nasional, lengkap dengan segala cerita kesuksesan dan kekhasannya. Memang musik merupakan salah satu yang membuat kota pelajar ini menjadi berwarna. Banyak bertaburan studio musik, sekolah musik, les musik, studio rekaman profesional, hingga pentas seni yang dapat dikatakan setiap bulan pasti ada. Mulai dari pentas seni yang diadakan antar kampus, hingga pentas seni yang diadakan di dalam lingkungan kampus itu sendiri, dengan melibatkan pemain band yang berasal dari mahasiswanya sendiri atau bahkan dosen. Saya yakin, setiap kampus pasti minimal memiliki lebih dari dua puluh band yang sering tampil di setiap acara kampus, entah itu sekedar acara kecil – kecilan, atau acara besar seperti penerimaan mahasiswa baru. Dibanding kota lain, kota Yogyakarta memang memiliki darah musik yang kental. Mahasiswa Yogyakarta pasti bila bertemu dengan mahasiswa lain pasti ditanya soal musik. Minimal pertanyaan sepeti “punya band atau tidak” diajukan kepada saya. Itu dikarenakan memang image musik sangat kental di kota ini. Memang musik disambut baik oleh para remaja di kota ini. Mereka secara tadak lansung memberi respon positif atas adanya musik di kota ini. Seperti konser – besar yang banyak diadakan di kota ini. Mereka antusias berdatangan, bernyanyi, dan menyambut baik atas adanya konser tersebut. Seingga sering sekali kota gudeg ini didatangi band besar untuk unjuk kebolehan mereka.en_US
dc.publisherUniversitas Islam Indonesiaen_US
dc.subjectToko Musik Di Yogyakartaen_US
dc.subjectKonsep Kinetik Arsitektur Sebagai Penekananen_US
dc.titleToko Musik Di Yogyakarta (Konsep Kinetik Arsitektur Sebagai Penekanan)en_US
dc.Identifier.NIM05512106


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record