Usulan Peningkatan Kinerja Responsiveness Di Ikm Kulit Dengan Metode Supply Chain Operations Reference (Scor) 12.0 Racetrack (Studi Kasus : Ikm Fanri Collection)
Abstract
Kabupaten Sleman sedang menggalakkan pembangunan Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM) termasuk pengembangan Industri Kecil dan Menengah (IKM)
karena sebagian besar penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Sleman berasal dari usaha
kecil menengah. Lingkungan bisnis yang kompetitif menuntut perusahaan untuk dapat
memenuhi permintaan konsumen yang semakin kompleks. IKM Fanri Collection adalah
salah satu IKM di Kabupaten Sleman yang bergerak pada industri kreatif di bidang
fashion yang memanfaatkan kulit untuk membuat produk bernilai seni tinggi.
Permasalahan yang terjadi di IKM Fanri Collection adalah keterlambatan proses make
sehingga menimbulkan antrian dan waktu proses produksi yang lama. Hal tersebut
seringkali menyebabkan adanya complain dari customer. Oleh karena itu, penelitian ini
bertujuan untuk memberikan usulan perbaikan sebagai upaya peningkatan kinerja
responsiveness di IKM Fanri Collection. Metode yang digunakan yaitu SCOR Racetrack
versi 12.0 dengan tahapannya terdiri dari 5 (lima) langkah dimulai dari Pre SCOR, Set
the Scope, Configure the Supply Chain, Optimize Project, dan yang terakhir Ready for
Implementation. Cara pengambilan data dalam penelitian ini melalui observasi serta
wawancara terhadap pemilik dan pegawai. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan,
pada metriks RS.2.2 Make Cycle Time terdapat gap sebesar 1,725 hari dari waktu aktual
terhadap target internal. Analisis terhadap kinerja metriks level 3 menunjukkan bahwa
terjadi gap di 3 metriks yaitu RS.3.123 sebesar 0,1875 hari, RS.3.49 sebesar 0,175 hari,
dan RS.3.101 sebesar 1,3625 hari. Berdasarkan fishbone diagram telah diketahui 6
masalah penyebab terjadinya gap dan selanjutnya ditentukan daftar improvement project.
Usulan perbaikan yang perlu dilakukan sesuai dengan prioritas pertama yaitu membuat
perencanaan perawatan mesin berkala dan membuat layout produksi. Prioritas kedua
yaitu membuat standar penjadwalan aktivitas produksi dan standar untuk quality control.
Prioritas yang terakhir yaitu membuat sistem perencanaan material dan pencatatan
ketersediaan bahan.
Collections
- Industrial Engineering [2224]