Isoseismal, Kerentanan, Dan Rasio Kerusakan Bangunan Rumah Tinggal : Studi Kasus Gempabumi Pidie Jaya 7 Desember 2016
Abstract
Gempabumi Pidie Jaya Aceh 7 Desember 2016 merupakan kejadian
gempabumi besar yang menarik untuk dipelajari. BMKG dan USGS telah melakukan
kajian tentang intensitas gempabumi tersebut meskipun belum dibuat dalam bentuk
isoseismal. Isoseismal penting untuk dibuat agar dapat memberikan gambaran besarnya
ground shaking yang terjadi di beberapa daerah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
membuat isoseismal, mengetahui atenuasi intensitas dan jarak, atenuasi intensitas dan
percepatan, mengetahui kerentanan dan rasio kerusakan bangunan rumah tinggal akibat
gempabumi tersebut.
Penelitian yang berkaitan dengan isoseismal dilakukan dengan membagikan
kuesioner, wawancara, dan observasi di lapangan. Responden dipilih orang-orang
tertentu yang mempunyai kemampuan untuk memberikan informasi yang akurat.
Analisis data dilakukan dengan merata-rata hasil kuesioner dan wawancara. Data
intensitas yang terkumpul selanjutnya dianalisis dengan software Arc-View GIS untuk
menggambarkan kontur isoseismalnya. Untuk penelitian yang terkait dengan
kerentanan, data rumah sebelum gempabumi dan rumah-rumah yang rusak akibat
gempabumi diperoleh dengan mengumpulkan data dari berbagai instansi pemerintah.
Data tersebut kemudian dikelompokkan berdasarkan daerah intensitas gempanya dan
dibuat grafik hubungan antara intensitas dan persentase kerusakan total. Penelitian yang
terkait dengan rasio kerusakan rumah dilakukan dengan mengobservasi sampel rumah
yang rusak di lapangan untuk setiap tingkat kerusakan. Hasil perhitungan rasio
kerusakan kemudian dirata-rata untuk masing-masing tingkat kerusakan yang diteliti.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Isoseismal untuk gempabumi
Pidie Jaya 7 Desember 2016 tidak mendekati lingkaran, tetapi cenderung memanjang
berbentuk elips mengikuti sesar Samalanga. Pola kontur isoseismal yang memanjang
mengikuti sesar ini menunjukkan bahwa pergerakan sesar dan kondisi tanah setempat
sangat berpengaruh terhadap besarnya intensitas yang terjadi. Peta isoseismal ditampilkan
dalam beberapa gradasi warna yang menunjukkan perbedaan kawasan berdasarkan tingkat
skala intensitas. Persamaan atenuasi global antara intensitas (I) danjarak (R) untuk
gempabumi Pidie Jaya 7 Desember 2016 mengikuti persamaan exponensial Ix =
6.242 e
, arah Barat
Laut Ix(b)= 7.087e
−0.0021
, Atenuasi untuk arah Barat Daya adalah Ix(a)= 6.827e
−0.0003
, arah Selatan Ix(d) =
6.185e
−0.00003
, arah Barat Ix(c)= 4.616e
−0.00001
.
Hubungan intensitas dan central ratio kerusakan (central demage ratio) untuk gempabumi
Pidie Jaya 7 Desember 2016. Rasio kerusakan tertinggi adalah 26.93% yang berada pada
intensitas IX MMI. Melihat dari rasio kerusakan bangunan yang relative kecil hanya 1.83%
menandakan kondisi rumah di Kabupaten Pidie Jaya dalam kategori baik karena
kebanyakan rumah penduduk terbuat dari konstruksi kayu yang fleksibel dalam menyerap
energy gempa. Kerusakan banyak terjadi pada rumah yang terbuat dari pasangan batu bata
dengan perkuatan atau tanpa perkuatan yang konstuksinya lebih kaku serta spesifikasi
bangunan rumah belum memenuhi standar bangunan tahan gempa. Untuk mengetahui
central damage ratio dalam berbagai arah yaitu Arah Tenggara, Arah Barat Daya, dan Arah
Timur Laut.