Pemodelan Alternatif Bangunan Hunian Sementara Sebagai Evaluasi Bangunan Hunian Sementara Pada Erupsi Merapi 2010
Abstract
Keberadaan Gunung Merapi selain membawa berkah ada kalanya memberikan ancaman
karena bahaya letusannya. Hal ini terbukti pada tanggal 26 Oktober 2010 dimulai pukul 17.05 WIB
dan tanggal 5 Nopember 2010 telah terjadi letusan/erupsi yang dahsyat. Letusan tersebut telah
banyak menelan korban jiwa, ternak, lahan pertanian, hunian dan sarana prasarana bangunan serta
infrastruktur lainnya. Tercatat korban Jiwa meninggal dunia ada 277 Jiwa, korban sakit luka-luka
258 orang 410.338 orang mengungsi, hewan ternak mati 1.548 ekor, 2.636 bangunan rusak berat
156 rumah rusak sedang serta 632 rumah rusak ringan, dan masih banyak bangunannya antara lain
kantor Polsek, Puskesmas, gedung kantor, hotel/penginapan lahan pertanian serta infrastruktur yang
tingkat kerusakannya sangat parah. Adapun Pemerintah saat itu telah melakukan langkah – langkah
tanggap bencana dan tanggap darurat dengan menampung sementara korban Merapi yang berada
pada kawasan KRB. Pemerintah menyediakan Hunian Sementara (HUNTARA) pada Sheltershelter
yang terbuat dari bangunan semi permanen dan sederhana. Bangunan ini sebagai tempat
tinggal sementara sambil menunggu kebijakan pemerintah lebih lanjut. Banyak permasalahan yang
timbul berkaitan dengan pembangunan HUNTARA / Shelter, diantaranya yaitu luasan lahan, proses
pembangunan, kualitas bangunan dan permasalahan sosial lainnya. Luasan lahan yang kurang
dibanding kebutuhan luasan ideal menyebabkan penataan bangunan dan lingkungan terkesan
dipaksakan untuk dapat menampung jumlah kepala keluarga.
Dalam penelitian ini metode pengambilan data yang digunakan yaitu yang pertama
pengumpulan data dukumen bangunan hunian sementara tahun 2010, yang kedua berupa survei dan
wawancara yang akan digunakan untuk mengevaluasi bangunan hunian sementara pada korban
erupsi gunung Merapi pada tahun 2010 dan yang yang ketiga pengumpulan data sekunder
dokumentasi berupa data-data atau informasi dan foto-foto ketika melakukan survei da wawancara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa biaya per m
pambangunan hunian sementara tipe 54
sebesar Rp 1.323.700,00, sedangkan biaya per m2 pembangunan hunian sementara tipe 36 sebesar
Rp 1.599.000,00. Hal ini menunjukkan bahwa biaya pembangunan hunian sementara tipe 36 lebih
mahal 21% terhadap bangunan hunian sementara tipe 54. Selain itu bangunan hunian sementara
yang dirancang menggunakan metode knockdown berbahan kayu sengon sebagai kayu lokal di
sekitar daerah gunung Merapi lebih memiliki privasi yang lebih baik dibandingkan dengan hunian
sementara yag dibangun menggunakan anayaman bambu (gedek)