Sekolah Luar Biasa D Tuna Daksa
Abstract
Permasalahan yang dihadapi tuna daksa kompleks meliputi jasmani, psikologis
dan sosial. Penderita cacat umumnya terbatas kemampuan kecakapan kerja, ketrampilan
dan pengetahuanya sehubungan dengan keterbatasan pendidikan yang diperolehnya.
Kehilangan salah satu fungsi bagian tubuh baik tangan maupun kaki akan
mengakibatkan terganggunya aktivitas sehari-hari. Karena kecacatanya kemampuan
gerak dan fisiknya menjadi terbatas sehingga mobilitas menjadi terganggu, oleh sebab
itu diperlukan fasilitas-fasilitas khusus yang membantu tunadaksa dalam bermobilitas.
Tetapi pada kenyataanya SLB-D yang ada tidak menyediakan fasilitas yang mendukung
tunadaksa dalam bermobilitas. Oleh sebab itu diuperlukan suatu SLB-D yang
menyediakan fasilitas yang dapat mendukung kemudahan tunadaksa dalam
bermobilitas. Untuk membina penderita kearah individu mandiri, disiplin dan
bertanggung jawab maka diperlukan suatu kontrol yang dilakukan oleh pembina
terhadap penderita.
Permasalahanya yaitu bagaimana merancang suatu SLB-D yang memberikan
kemudahan bagi tuna daksa dalam bermobilitas dan kontrol bagi Pembina serta
penampilan yang bisa mendukung dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi
tunadaksa.
Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut maka dilakukan suatu analisa yang
didasarkan pada kemudahan mobilitas dan kontrol, yaitu dengan pola dan kualitas ruang
sirkulasi serta tata ruang yang memberikan kemudahan mobilitas dan kontrol. Bentuk
penampilan bangunan yang mendukung yaitu penampilan bangunan dengan upaya
untuk menghilangkan sikap diskriminasi masyarakat terhadap tunadaksa dengan
mensejajarkan performance bangunan dengan bangunan pendidikan pada umumnya.
Dan penampilan yang berdasarkan pada tuntutan aktivitas. Dengan analisa yang
dilakukan maka menghasilkan suatu konsep perencanaan dan perancangan yang
diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan yang ada.
Collections
- Architecture [3658]