Gambaran Masyarakat Desa Bajera Tabanan Bali Tidak Melakukan Sirkumsisi
Abstract
Sirkumsisi adalah proses pembedahan untuk menghilangkan sebagian atau
seluruh preputium dari penis. Pembedahan ini sudah dikerjakan selama bertahun-tahun
terutama karena alasan budaya dan agama. Sirkumsisi merupakan istilah medis dan sebagian
besar masyarakat sangat awam bahkan tidak pernah mendengar tentang istilah sirkumsisi,
“sunat” merupakan istilah yang diketahui oleh masyarakat. Hampir semua tahu proses sunat
yaitu pemotongan kulit penutup alat kelamin laki-laki. Sebagian besar mengetahui sunat ini
sebagai prosesi dan tradisi wajib yang dilakukan oleh umat Muslim. Dengan sirkumsisi
dikatakan pembersihan akan lebih mudah karena kotoran sering menumpuk di bawah kulit
tersebut. Selain lebih mudah membersihkan alat kelamin, sirkumsisi juga dapat digunakan
sebagai pencegahan suatu penyakit yaitu infeksi saluran kemih, kanker penis, posthitis, HIV
dan AIDS. Disamping pencegahan sirkumsisi juga merupakan terapi yang digunakan untuk
suatu kelainan pada penis, seperti phimosis dan paraphimosis. Pemahaman masyarakat Bali
tentang manfaat sirkumsisi terhadap kesehatan masih rendah, karena kurangnya informasi
mengenai manfaat sirkumsisi. Penerimaan masyarakat terhadap sirkumsisi bisa
dikelompokkan menjadi dua yaitu pandangan sirkumsisi merupakan budaya Islam dan bukan
tradisi budaya Bali/Hindu, serta pandangan kalau sirkumsisi itu bukan hanya merupakan
budaya Islam saja.
Tujuan: Untuk mengetahui gambaran atau faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat
Desa Bajera, Tabanan, Bali tidak melakukan sirkumsisi.
Metode: Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus dengan pendekatan
kualitatif. Pengambilan sampel menggunakan purpose sampling dengan subjek yang diteliti
adalah masyarakat Desa Bajera Tabanan Bali. Pengambilan data dilakukan dengan teknik
wawancara mendalam serta observasi.
Hasil: Masyarakat Desa Bajera masih sangat awam dengan istilah sirkumsisi walau ada
beberapan yang mengetahuinya, namun sangat familiar dengan istilah sunat dan semua
masyarakat mengetahui istilah sunat. Pandangan masyarakat dengan sirkumsisi adalah
kebudayaan umat Muslim adalah salah satu faktor sehingga masyarakat tidak melakukan
sirkumsisi, selain itu tingkat pengetahuan akan manfaat sirkumsisi, dan lingkungan sosial
juga mempengaruhi pemikiran dan keputusan masyarakat untuk melakukan sirkumsisi.
Selain itu rasa malu dan usia menjadi faktor sehingga masyarakat tidak mau melakukan
sirkumsisi.
Simpulan: Analogi bahwa sirkumsisi adalah budaya umat Muslim, lingkungan,
pengetahuan, rasa malu dan usia menjadi gambaran masyarakat Desa Bajera Tabanan Bali
tidak melakukan sirkumsisi.
Collections
- Medical Education [2279]