Show simple item record

dc.contributor.advisordrg. Punik Mumpuni W
dc.contributor.authorAntara, I Nyoman Budi
dc.date.accessioned2020-11-23T04:30:09Z
dc.date.available2020-11-23T04:30:09Z
dc.date.issued2012-10-24
dc.identifier.urihttps://dspace.uii.ac.id/handle/123456789/25361
dc.description.abstractSirkumsisi adalah proses pembedahan untuk menghilangkan sebagian atau seluruh preputium dari penis. Pembedahan ini sudah dikerjakan selama bertahun-tahun terutama karena alasan budaya dan agama. Sirkumsisi merupakan istilah medis dan sebagian besar masyarakat sangat awam bahkan tidak pernah mendengar tentang istilah sirkumsisi, “sunat” merupakan istilah yang diketahui oleh masyarakat. Hampir semua tahu proses sunat yaitu pemotongan kulit penutup alat kelamin laki-laki. Sebagian besar mengetahui sunat ini sebagai prosesi dan tradisi wajib yang dilakukan oleh umat Muslim. Dengan sirkumsisi dikatakan pembersihan akan lebih mudah karena kotoran sering menumpuk di bawah kulit tersebut. Selain lebih mudah membersihkan alat kelamin, sirkumsisi juga dapat digunakan sebagai pencegahan suatu penyakit yaitu infeksi saluran kemih, kanker penis, posthitis, HIV dan AIDS. Disamping pencegahan sirkumsisi juga merupakan terapi yang digunakan untuk suatu kelainan pada penis, seperti phimosis dan paraphimosis. Pemahaman masyarakat Bali tentang manfaat sirkumsisi terhadap kesehatan masih rendah, karena kurangnya informasi mengenai manfaat sirkumsisi. Penerimaan masyarakat terhadap sirkumsisi bisa dikelompokkan menjadi dua yaitu pandangan sirkumsisi merupakan budaya Islam dan bukan tradisi budaya Bali/Hindu, serta pandangan kalau sirkumsisi itu bukan hanya merupakan budaya Islam saja. Tujuan: Untuk mengetahui gambaran atau faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat Desa Bajera, Tabanan, Bali tidak melakukan sirkumsisi. Metode: Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Pengambilan sampel menggunakan purpose sampling dengan subjek yang diteliti adalah masyarakat Desa Bajera Tabanan Bali. Pengambilan data dilakukan dengan teknik wawancara mendalam serta observasi. Hasil: Masyarakat Desa Bajera masih sangat awam dengan istilah sirkumsisi walau ada beberapan yang mengetahuinya, namun sangat familiar dengan istilah sunat dan semua masyarakat mengetahui istilah sunat. Pandangan masyarakat dengan sirkumsisi adalah kebudayaan umat Muslim adalah salah satu faktor sehingga masyarakat tidak melakukan sirkumsisi, selain itu tingkat pengetahuan akan manfaat sirkumsisi, dan lingkungan sosial juga mempengaruhi pemikiran dan keputusan masyarakat untuk melakukan sirkumsisi. Selain itu rasa malu dan usia menjadi faktor sehingga masyarakat tidak mau melakukan sirkumsisi. Simpulan: Analogi bahwa sirkumsisi adalah budaya umat Muslim, lingkungan, pengetahuan, rasa malu dan usia menjadi gambaran masyarakat Desa Bajera Tabanan Bali tidak melakukan sirkumsisi.en_US
dc.publisherUniversitas Islam Indonesiaen_US
dc.subjectSirkumsisi.en_US
dc.subjectMasyarakat Desa Bajeraen_US
dc.titleGambaran Masyarakat Desa Bajera Tabanan Bali Tidak Melakukan Sirkumsisien_US
dc.typeThesisen_US
dc.Identifier.NIM07711037


Files in this item

FilesSizeFormatView

There are no files associated with this item.

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record