Show simple item record

dc.contributor.advisorDr. Muhammad Zulfikar Rakhmat
dc.contributor.authorFatihul Fikri, 16323055
dc.date.accessioned2020-02-27T02:04:50Z
dc.date.available2020-02-27T02:04:50Z
dc.date.issued2019-12-10
dc.identifier.urihttp://dspace.uii.ac.id/123456789/18451
dc.description.abstractCybespace merupakan tempat baru yang muncul di era informasi digital kontemporer saat ini. cyberspace menjadi teritori baru bagi aktor politik internasional untuk dapat memainkan peranya di dalamnya. Tiongkok menjadi salah satu aktor yang telah aktif berperan di dalamnya menjadikan Alibaba Group sebagai aktor perusahaan untuk membantu Tiongkok. adanya proyek Belt and Road Initiative: Information Silk Road pada tahun 2015 serta cyber super power strategic thinking di tahun 2017 merupakan dua faktor pendukung Tiongkok dalam mempertajam pengaruhnya di cyberspace dalam upayanya untuk menjadi cyber hegemon. Jika dikaitkan dengan teori neo-gramscian oleh Robert Cox, upaya yang dilakukan Tiongkok mempunyai ambisi untuk menjadi cyber hegemon. Upaya-upaya yang dilakukan Tiongkok telah memenuhi pendekatan yang ada di dalam historic bloc dari teori tersebut, yaitu kapabilitas materi, ideologi/budaya, dan ideologi. Ambisi untuk menjadi cyber hegemon tersebut dilatarbelakangi oleh beberapa faktor yang pertama adalah karakter otoriter yang dimiliki presiden Tiongkok, Xi Jinping. Kedua adalah kekuatan ekonomi Tiongkok yang menjadi kekuatan nomer satu di dunia dalam hal daya beli masyarakat. Ketiga yaitu internal Tiongkok, yang digambarkan dengan kemajuan teknologi yang pesat serta semakin meningkatnya pengguna internet tiap tahunnya. Terakhir adalah faktor eksternal Tiongkok yang digambarkan dengan perang dagang melawan Amerika Serikat. Untuk menghadapi tantangan yang sedang dihadapi Tiongkok dalam meraih ambisinya tersebut dibutuhkan aktor non-negara atau perusahaan multi-nasional, yaitu Alibaba Group. Alibaba Group merupakan perusahaan yang memang “sengaja” diciptakan oleh pemerintah melalui Great Firewall-nya agar bisa setara dengan perusahaan multi-nasional milik negara lainnya. Sesuai dengan penggunaan teori neo-gramscian, Tiongkok melalui Alibaba Group dalam upayanya menjadi cyber hegemeon telah memenuhi kriteria dengan tiga pendekatan yang terdapat dalam historic bloc. Dalam tulisan ini telah ditemukan berbagai upaya dengan menggunakan teori tersebut, namun upayanya melalui Alibaba Group perlu dilakukan secara masif dan ekspansif lagi agar dapat mempercepat upaya Tiongkok untuk menjadi cyber hegemon.en_US
dc.publisherUniversitas Islam Indonesiaen_US
dc.subjectInterneten_US
dc.subjectCyberspaceen_US
dc.subjectTiongkoken_US
dc.subjectAlibaba Groupen_US
dc.subjectNeo-gramscianen_US
dc.titleANALISIS UPAYA TIONGKOK UNTUK MENJADI CYBER HEGEMON: STUDI KASUS ALIBABA GROUPen_US
dc.typeThesisen_US


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record