STRATEGI KOMUNIKASI PEMBERDAYAAN ANAK PADA KOMUNITAS GERAKAN MENGAJAR DI SURAKARTA (KOMUNITAS SUKOHARJO MENGAJAR DAN KOMUNITAS SOLO MENGAJAR)
Abstract
Menurut CNN Indonesia, kualitas pendidikan saat ini sangat memprihatinkan. Pernyataan ini dibuktikan dengan data UNESCO tahun 2000 tentang IPM (Indeks Pembangunan Manusia) atau Human Developement Index, yaitu komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan dan penghasilan per kepala. Terlihat IPM Indonesia menurun, di antara 174 negara, Indonesia menempati urutan ke-102 (tahun 1996), ke-99 (tahun 1997), ke-105 (tahun 1998), dan ke-109 (tahun 1999). Melihat fenomena ini, di Surakarta yang mendapatkan julukan kota layak anak sangat banyak komunitas yang berlomba-lomba terjun ke dalam dunia pendidikan anak sebagai langkah untuk menaikkan kualitas pendidikan serta meratakan pendidikan di Indonesia. Sehingga, dalam penelitian ini penulis ingin menjelaskan bagaimana strategi komunikasi pemberdayaan anak yang digunakan oleh masing-masing komunitas yang berada di Surakarta.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif, di mana dalam menjalankannya dilakukan beberapa langkah seperti observasi, wawancara, serta dokumentasi. Adapun narasumber dalam penelitian ini antara lain Ketua komunitas Sukoharjo Mengajar, founder komunitas Sukoharjo Mengajar, relawan komunitas Solo Mengajar, dan direktur utama komunitas Solo Mengajar. Pemilihan narasumber tersebut ditentukan berdasarkan teknik purposive sampling.
Berdasarkan hasil penelitian, komunitas Sukoharjo Mengajar dan komunitas Solo Mengajar telah melakukan pendekatan terhadap masyarakat dalam tahap mikro dan mezzo, sementara pendekatan kepada anak-anak dilakukan dengan cara menarik perhatian anak dengan metode tertentu, serta memahami permasalahan kompleks yang dimiliki anak-anak. Kemudian, terdapat pula program-program pemberdayaan yang dimiliki masing-masing komunitas. Yakni pada komunitas Sukoharjo Mengajar memberdayakan anak melalui program bimbingan belajar berteknik Learning By Doing dan kegiatan Car Free Day. Sementara itu, pada komunitas Solo Mengajar memiliki beberapa program pemberdayaan anak, di antaranya adalah pendampingan belajar berbasis karakter, kelas inspirasi, dan festival anak. Dalam melakukan pemberdayaan anak, masing-masing komunitas menggunakan elemen komunikasi berbeda-beda yang disesuaikan dengan bentuk kegiatan dan kebutuhan anak. Sehingga dari proses analisis SWOT dapat ditemukan faktor penghambat dan faktor pendukung strategi komunikasi pemberdayaan anak yang masing-masing komunitas memiliki faktor penghambat dan pendukung yang berbeda-beda.
Collections
- Communication [964]