Analisis Kinerja Simpang Empat Bersinyal Jlagran (Studi Kasus Simpang Jalan Letjen Suprapto – Jalan Jlagran – Jalan Pembela Tanah Air, Yogyakarta)
Abstract
Simpang Jlagran merupakan salah satu simpang di Yogyakarta yang merupakan pertemuan
antara jalan Letjen Suprapto, jalan Jlagran, dan jalan Pembela Tanah Air. Hasil pengamatan awal
menunjukkan bahwa pada simpang tersebut sering terjadi kemacetan karena padatnya arus lalu lintas
maupun gangguan pada ruas jalan terutama pada saat jam sibuk. Untuk menguraikan kemacetan
tersebut peneliti melakukan analisis tentang kapasitas, derajat kejenuhan, dan tundaan sehingga
kemacetan tersebut dapat teruraikan. Menentukan alternatif yang tepat untuk memecahkan masalah
yang terdapat pada simpang tersebut, dan memprediksi kinerja simpang pada 5 tahun mendatang.
Pengambilan data primer dilakukan dilapangan selama tiga hari dengan jam sibuk pagi 06.00
– 08.00, siang 11.30 – 13.30 dan jam sibuk sore 15.30-17.30 menggunakan alat bantu handy tally
counter untuk menghitung data volume lalu lintas. Data sinyal lampu lalu lintas didapatkan di
lapangan dengan cara menghitung setiap pendekat. Data sekunder yang digunakan diambil dari
Badan Dinas terkait Kependudukan seperti Badan Pusat Statistik dan Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan metode Simpang
Bersinyal MKJI 1997.
Hasil analisis kinerja simpang bersinyal Jlagran pada kondisi eksisting menunjukkan hasil
kurang baik. Kapasitas tertinggi pada lengan Utara sebesar 725,45 smp/jam, derajat kejenuhan
tertinggi diantara 4 lengan tersebut adalah 1,44 pada lengan Barat, jumlah kendaraan henti tertinggi
mencapai 155 smp/jam pada lengan Utara, dan tundaan simpang tertinggi adalah 891 dtk/smp pada
lengan Barat. Untuk memperbaiki kinerja simpang bersinyal Jlagran, dibuat empat alternatif sesuai
kondisi yang ada di Simpang Jlagran, namun alternatif pemecah masalah yang terbaik untuk
simpang bersinyal Jlagran ini adalah Alternatif IV yaitu merencanakan desain pelebaran geometrik
jalan dengan perubahan fase dan pengaturan siklus lampu lalu lintas yang berpedoman MKJI 1997
dimana pada lengan Barat dibuat menjadi satu arah, derajat kejenuhan tertinggi 0,59 dan tundaan
rata-rata tertinggi adalah 34 dtk/smp. Untuk nilai prediksi derajat kejenuhan tertinggi pada lima
tahun mendatang adalah 0,8 dengan tundaan rata-rata tertinggi adalah 38dtk/smp.
Collections
- Civil Engineering [4187]