Kampung Vertikal di Bantaran Kali Code, Gondomanan, Yogyakarta Dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis
Abstract
Banyaknya predikat Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai kota pelajar, kota budaya dan kota wisata
memberikan dampak pada peningkatan jumlah penduduk. Hal tersebut menyebabkan lahan permukiman di
Kota Yogyakarta semakin mahal, sehingga masyarakat pendatang memilih untuk membangun rumah di
bantaran sungai yang kemudian menimbulkan kepadatan bangunan yang cukup tinggi. Kelurahan
Prawirodirjan merupakan salah satu kawasan yang terkena dampak tersebut. Dampak dari permasalahan
tersebut adalah munculnya rumah-rumah tidak layak huni, turunnya kualitas lingkungan hidup masyarakat
dan ketidakseimbangan ekosistem di kawasan permukiman. Tujuan dari proyek akhir sarjana ini yaitu
menghasilkan rancangan kampung vertikal yang menekankan pada lingkungan site dan pengguna bangunan,
sehingga dapat menjaga interaksi antara manusia, lingkungan dan alam. Perencanaan kampung vertikal
dianggap cukup solutif untuk menampung banyak penghuni karena keterbatasan lahan yang ada. Konsep
hunian vertikal ini difokuskan kepada penekanan suasana kampung yang terkenal dengan tradisi guyub pada
kampung vertikal sebagai rumah tinggal dan tidak melupakan peran lingkungan dan alam sekitar dengan
menggunakan pendekatan arsitektur ekologis. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam
perancangan ini yaitu survey, wawancara dan observasi lapangan guna mendapatkan data primer berupa data
fisik aktifitas warga, dan data kepala keluarga. Data sekunder berupa teori mengenai arsitektur ekologis,
tanaman hidroponik, dan preseden bangunan rumah susun yang diperoleh melalui kajian buku, jurnal, artikel,
dan peraturan terkait. Hasil dari perancangan ini yaitu berupa solusi rancangan rumah tinggal di area
permukiman bantaran kali code yang terletak di Rw 18, Prawirodirjan, Gondomanan, Yogyakarta. Pada
rancangan kampung vertikal ini, hunian terdiri dari 3 tipe yaitu tipe 20, 29 dan 38. Pemilihan tipe hunian
disesuaikan dengan kondisi ekonomi masyarakat. Tata massa bangunan didapat dari hasil analisis kondisi
eksisting site, yaitu terdiri dari 4 massa bangunan dengan lantai dasar sebagai area publik. Pada masing-masing
bangunan terdapat void dan terdapat beberapa ruang yang diberi jarak untuk memaksimalkan cahaya
matahari dan sirkulasi udara yang masuk kedalam bangunan. Bangunan ini mengedepankan interaksi antara
manusia, bangunan, dan alam. Salah satunya dengan menerapkan ruang komunal di setiap lantai, tidak ada
pengelompokan tipe bangunan untuk menghindari adanya kesenjangan sosial, menggunakan material ramah
lingkungan, menerapkan area berkebun sebagai salah satu sumber penghasilan warga dan upaya untuk
menambah lahan terbuka hijau, dan juga memaksimalkan cahaya matahari dan sirkulasi udara untuk
menghemat penggunaan energi.
Collections
- Architecture [3683]