KAMPUNG VERTIKAL PRINGGOKUSUMAN Kawasan Wisata Berbasis Home Industry dengan Pendekatan Green Architecture PRINGGOKUSUMAN VERTICAL KAMPONG Tourism Region Based on Home Industrial with the Approach of Green Architecture
Abstract
Kota Yogyakarta telah mengalami perkembangan kepadatan yang tinggi, akibat dari kepadatan penduduk tersebut saat ini banyak sekali kawasan bantaran sungai di Yogyakarta yang telah berubah menjadi kawasan permukiman padat salah satunya adalah kawasan bantaran Sungai Winongo di Pringgokusuman. Potensi Sungai Winongo seharusnya dapat menjadi pendukung wisata di Pringgokusuman namun sampai saat ini masih sebatas permukiman padat. Tingkat ekonomi masyarakat bantaran Sungai Winongo dapat dikategorikan menengah kebawah, saat ini Home industry bakpia yang dikembangkan oleh masyarakat bantaran Sungai Winongo masih belum dapat bersaing dengan pelaku komersial yang ada di Pringgokusuman hal ini dikarenakan keterbatasan akses dan daya serap penjualan rendah. Dari permasalahan tersebut maka dibutuhkan suatu hunian pinggir sungai yang dapat menjadi tempat tinggal sekaligus menampung industri rumahan sehingga dapat membantu tingkat kesejahteraan ekonomi masyarakat. Maka dari itu perancangan ini bertujuan untuk merancang permukiman di bantaran Sungai Winongo Pringgokusuman menjadi menjadi kampung vertikal berbasis home industry bakpia yang dapat menampung kegiatan hunian dan home industry dengan menerapkan kriteria green architecture. Metode yang digunakan dalam perancangan ini menggunakan variabel yang diperoleh dari data sekunder berupa literatur yang terkait kedalam tema perancangan, variabel tersebut diantaranya adalah pengolahan lahan hijau terdiri dari pengolahan landscape dan vegetasi, respon terhadap iklim terdiri dari perancangan orientasi dan ventilasi alami bangunan, pengolahan limbah, kebutuhan pengguna terdiri dari kebutuhan ruang dan aksesibilitas komunitas, dan pengolahan pinggir sungai.
Adapun hasil dari rancangan kampung vertikal ini yaitu dari pengolahan lahan mengolah 6.750m2 untuk area landscape dan area hijau. Kemudian merancang bangunan kampung dengan mempertimbangkan orientasi titik kritis matahari, arah angin, dan view terhadap lingkungan sekitar. Dari segi penganganan limbah terdapat area khusus untuk mengolah limbah yaitu intasalasi pengolahan air limbah (IPAL), dari segi kebutuhan pengguna terdapat hunian yang berjumlah 362 unit dan memiliki satu bangunan mixuse untuk pengembangan produksi bakpia, dan dari segi pengolahan pinggir sungai memiliki jalur baru riverwalk dan ruang publik yang melengkapi kawasan kampung vertikal.
Collections
- Architecture [3658]