Show simple item record

dc.contributor.advisorDr. Taufiq Immawan, ST, Mt
dc.contributor.advisorIr. Ali Parkhan
dc.contributor.authorCitra Indah Asmarawati, 15916207
dc.date.accessioned2018-08-29T15:47:29Z
dc.date.available2018-08-29T15:47:29Z
dc.date.issued2018-05-31
dc.identifier.urihttps://dspace.uii.ac.id/handle/123456789/10181
dc.description.abstractSebagian besar masyarakat indonesia menjadikan beras sebagai makan pokok. Hal ini menyebabkan kebutuhan dan konsumsi akan beras semakin tinggi. Jumlah produksi beras yang tidak sebanding dengan jumlah konsumsi beras dari data Badan Pusat Statistik Indonesia pada tahun 2014 jumlah konsumsi beras perkapita dalam seminggu sebesar 1,626 kg dan produksi gabah kering sebanyak 70,35 juta. Jika dibiarkan dapat menyebabkan krisis pangan dan kertergantungan akan impor beras, untuk itu menghindari hal ini perlu adanya alternatif pengganti beras. Indonesia sendiri yang memiliki hasil perkebunan dan pertanian cukup melimpah, seperti sagu, jagung, singkong, ubi, talas dan lain-lainnya yang dapat digunakan sebagai alternatif pengganti beras sebagai sumber karbohidrat.Salah satu sumber karbohidrat yang pemanfaatan belum optimal adalah sagu. Sagu merupakan makan pokok bagi masyarakat di Indonesia di bagian timur. Proses pengolahan sagu bisa dilakukan secara tradisional, semi-mekanis dan mekanis. Produksi tepung sagu di Indonesia kebanyakan masih menggunakan cara tradisional. Diprediksikan 4,55 juta ton pati tidak dimanfaatkan dengan baik dikarenakan masyarakat masih mengolah sagu secara tradisional. Terdapat beberapa beberapa alasan mengapa suatu industri perlu melakukan rekayasa ulang proses bisnis. Pada proses pengolahan tepung sagu di desa Daleman, Tulung, Klaten, Jawa Tengah penyebab perlunya dilakukan rekaysa ulang proses bisnis karena pada proses pengolahan tepung sagu membutuhkan tenaga kerja yang banyak dan proses produksi sering terganggu pada saat hujan karena proses pengeringan tepung sagu menjadi tidak optimal. Berdasarkan penelitian sebelumnya belum pernah ada yang melakukan rekayasa ulang proses bisnis pada pengolahan tepung sagu.Dari hasil rekayasa ulang proses bisnis ini diperoleh beberapa peningkatan, seperti rendemenen pati yang meningkat menjadi 24,34%, kapasitas produksi menjadi lebih besar yaitu 33.116 kg/ bulan dan harga pokok produksi menjadi Rp. 3.196/ kg dan harga jual menjadi Rp. 6.027/kg.en_US
dc.publisherUniversitas Islam Indonesiaen_US
dc.subjectRekayasa Ulangen_US
dc.subjectQFDen_US
dc.subjectKPIen_US
dc.subjectBenchmarkingen_US
dc.titleREKAYASA ULANG PROSES BISNIS : STUDI KASUS PADA PROSES PENGOLAHAN TEPUNG SAGU DI DESA DALEMAN, TULUNG, KLATEN, JAWA TENGAH.en_US
dc.typeMaster Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record