Persepsi terhadap Pola Asuh Demokratis Orang Tua dalam Kaitannya dengan Empati Remaja
Abstract
Pola Asuh Demokratis orang tua adalah persepsi anak tentang orang tua
dalam mengasuh anak yaitu orang tua yang bersikap hangat, memberi
kesempatan anak untuk mandiri, menerima dirinya apa adanya, terdapat
komunikasi timbal balik, hadiah dan hukuman diberikan secara rasional. Disiplin
tanpa meninggalkan sikap perhatian dan penuh kasih sayang.
Empati adalah kemampuan seseorang untuk menempatkan diri dalam
merasakan dan memahami situasi, pikiran serta perasaan orang lain,
sebagaimana orang tersebut merasakan dan memikirkannya, mampu merasakan
keadaan emosional orang lain. Sehingga dapat mengendalikan diri dan timbul
perasaan toleransi dan menghargai perasaan orang lain.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara
pola asuh demokratis orang tua yang dipersepsi remaja dengan empati.
Hipotesis penelitian ini adalah ada hubungan antara pola asuh demokratis orang
tua yang dipersepsi remaja dengan empati. Semakin tinggi tingkat pola asuh
demokratis orang tua yang dipersepsi, maka semakin tinggi pula tingkat
empatinya. Sebaliknya, semakin rendah tingkat pola asuh demokratis orang tua
yang dipersepsi, maka semakin rendah pula tingkat empatinya.
Subyek penelitian adalah 105 siswa-siswi Madrasah Aliyah Negeri
Yogyakarta II yang berusia antara 15 hingga 18 tahun yang dibesarkan oleh
orang tua yang lengkap, tidak sedang kost dan memiliki saudara kandung. Alat
pengumpul data yang digunakan adalah skala pola asuh demokratis yang telah
disempurnakan oleh peneliti dan skala empati menggunakan teori empati dari
Davis (1983) sebagai acuan dalam pembuatan dan modifikasi skala. Data yang
diperoleh dianalis dengan menggunakan korelasi product moment Pearson.
Hasil analisis menunjukkan adanya hubungan yang sangat signifikan
antara pola asuh demokratis yang dipersepsi remaja dengan empati (r xy =
0,521, p = 0,000 atau p < 0,01). Maka hipotesis diterima, sumbangan pola asuh
demokratis orang tua sebesar 27,1 % karena orang tua dalam persepsi anak
memberikan kehangatan pada diri anak, sehingga menimbulkan rasa aman bagi
anak untuk mengekspresikan dirinya baik emosi, pikiran maupun parasaannya.
Masih ada faktor-faktor lain sebesar 72,9 % yang dapat mempengaruhi
kemampuan empati remaja, faktor tersebut adalah kepribadian, jenis kelamin,
sosialisasi, variasi situasi, pengalaman dan objek respon. Hasil analisis
tambahan penelitian adalah bahwa tidak ada perbedaan tingkat empati yang
signifikan antara subyek perempuan dengan laki-laki (t = -1,726; p = 0,090 atau p
> 0,05).
Collections
- Psychology [2173]