Show simple item record

dc.contributor.authorMonita, Wan Yusuarini
dc.contributor.authorMarlita, Livia
dc.date.accessioned2016-10-31T06:07:56Z
dc.date.available2016-10-31T06:07:56Z
dc.date.issued2000
dc.identifier.urihttp://hdl.handle.net/123456789/867
dc.description.abstractDaerah Surakarta sekarang ini sedang dibangun dua buah Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) pada dua sektor yaitu sektor utara (Mojosongo) dan sektor selatan (Semanggi), untuk IPAL Mojosongo mempunyai kapasitas pengolahan 155 lt/det dan melayani 6285 sambungan rumah. Sedangkan untuk IPAL Semanggi mempunyai kapasitas pengolahan 300 lt/dt dan melayani 21550 sambungan rumah. Kedua IPAL ini mempunyai suatu sistem pengolahan air Iimbah yang berbeda pada IPAL Mojosongo melayani sektor utara yang luas daerahnya lebih kecil dari Selatan tetapi topopgrafinya beragam sehingga memerlukan bantuan pompa yang cukup untuk dapat mengalirkan air limbah masuk kedalam proses pengolahan maka dipakai sistem terbuka menggunakan konsep Kolam Aerasi Fakultatif sedangkan untuk IPAL Semanggi direncanakan dangan sistem tertutup menggunakan konsep Tangki Up Flow Anaerobic Sludge Bed (VASB) & Intermittent Aeration, karena luas daerah dan jumlah sambungan rumah lebih besar otomatis kapasitas pengolahannya akan lebih besar yaitu sebesar 300 lt/det. Sistem pengolahan yang berbeda ini otomatis mempunyai perbedaan dalam biaya operasionalnya yang mana satuan biaya O&M ini adalah Rp./Sambungan Rumah. Biaya O&M dan Investasi inilah yang nanti akan menjadi penentu tarif retribusi bagi masyarakat. Penetuan tarif ini harus layak dibayar oleh masyarakat dan dapat mempercepat pengelola mencapai titik impas juga keuntungan. Dalam tugas akhir ini penulis menawarkan empat macam alternatif perhitungan dan penentuan tarif harga retribusi untuk pihak pengelola, yaitu alternatif pertama rnenggunakan harga tetap untuk masing-rnasing IPAL , alternatif kedua menggunakan harga berlaku dengan kenaikan 10% dan 15% untuk masing-masing IPAL dari kedua tariff IPAL Mojosongo dan IPAL Semanggi dapat ditarik kesimpulan bahwa biaya operasional dan pemeliharaan memiliki perbedaan sebesar 36% yang disebabkan oIe banyaknya pemeliharaan rumah pompa dengan kata lain dikarenakan perbedaan topografi daerah, alternatif ketiga menggunakan harga tetap untuk kedua IPAL dan alternatif keempat menggunakan harga berlaku dengan kenaikan 10% dan 15% untuk kedua IPAL. Dari semua alternatif diatas akan dipilih berdasarkan kriteria yang ada yaitu kemampuan membayar masyarakat, tidak ada diskriminasi harga diantara masyarakat, dengan menerapkan konsep subsidi silang, mempercepat titik impas dan keuntungan bagi pihak pengelola sedangankan yang terakhir titik irnpas diusahakan sebelum umur bangunan atau konstruksi dilewati yaitu selarna 20 tahun.en_US
dc.publisherUII Yogyakartaen_US
dc.subjectPerbedaan Sistemen_US
dc.subjectPengolahan Air Limbahen_US
dc.subjectBiaya Operasionalen_US
dc.subjectPemeliharaanen_US
dc.subjectO&Men_US
dc.titlePengaruh Perbedaan Sistem Pengolahan Air Limbah terhadap Biaya Operasional dan Pemeliharaan (O&M)en_US


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record