Pelatihan Manajemen Stres Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Subjektif Pada Penderita Asma
Abstract
Penderita asma sering mengabaikan stressor yang menyebabkan kekambuhan asma, sehingga sulit beradaptasi dengan kondisi diri. Kondisi rentan terhadap stres mengakibatkan meningkatnya frekuensi kekambuhan asma (Hughes, Considine, Lehane, & Savage, 2015). Penderita asma cenderung mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas, merasa tidak nyaman terhadap kondisi fisik, kecewa, dan marah karena harus mengkonsumsi obat atau uap oksigen secara terus menerus, sehingga menyebabkan adanya penurunan kesejahteraan subjektif yang berkaitan dengan kepuasan hidup dan peningkatan afek negatif (Jang & Yoo, 2013). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pelatihan manajemen stres terhadap peningkatan kesejahteraan subjektif pada penderita asma. Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa penderita asma yang berusia 19-30 tahun di Yogyakarta, memiliki tingkat stres dan kesejahteraan subjektif dalam kategori sedang. Penelitian ini adalah penelitian quasi eksperimen dengan bentuk pre-post test control group design dengan mengontrol variabel dukungan sosial dan religiusitas. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala SWLS untuk mengukur kepuasan hidup oleh Diener (1985) dan skala afek positif dan afek negatif (PANAS) dari Watson, Clark, dan Tellegens (1988). Analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah Anava Mixed Design. Hasil penelitian menunjukkan tidak memberikan pengaruh yang signifikan pada kepuasan hidup dengan nilai p=0,375 (p>0,05) dengan efek pelatihan sebesar 11,5%, namun terdapat pengaruh yang signifikan pada skor afeksi p=0,037 (p<0,05) dengan efek pelatihan sebesar 73,4%. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun pelatihan tidak memberikan dampak yang signifikan pada kepuasan hidup, namun pelatihan manajemen stres dapat membantu penderita asma untuk meningkatkan afek dan pikiran positif terhadap penyakit serta lebih sadar dengan kondisi diri.
Collections
- Master of Psychology [344]