Show simple item record

dc.contributor.advisorDrs. KH. Muhadi Zainuddin, Lc., M.A.,
dc.contributor.authorAYIK MUHAMMAD ZAKI, 14421001
dc.date.accessioned2018-06-29T23:11:53Z
dc.date.available2018-06-29T23:11:53Z
dc.date.issued2018-06-08
dc.identifier.urihttps://dspace.uii.ac.id/handle/123456789/8125
dc.description.abstractWalimatul ‘Ursy atau upacara pesta dalam perkawinan merupakan sesuatu yang dianjurkan dalam sebuah pernikahan. Pelaksanaan pesta tersebut selain untuk mengamalkan tuntunan agama, tetatpi juga bertujuan untuk menghindarkan fitnah dari kalangan masyarakat luas. Desa Tapung Lestari mempunyai sebuah tradisi dalam melaksanakan upacara walimatul ‘ursy, yaitu dalam mengundang tamu untuk menghadiri acara walimatul ‘ursy menggunakan tonjokan atau sebuah kiriman sebuah bingkisan berisi makanan siap saji yang kemudian menimbulkan sebuah kewajiban untuk memberikan sejumlah sumbangan kepada pewalimah. Pokok permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini adalah bagaimana pandangan hukum Islam dan hukum Adat terhadap praktik pemberian tonjokan pada upacara walimatul ‘ursy dan bagaimana tanggapan masyarakat terhadap praktik pemberian tonjokan pada walimatul ‘ursy. Penelitian ini menggunakan metode penelitian lapangan (field research), dengan teknik analisis deskriptif komparatif dengan pendekatan normatif dan sosiologis untuk membandingkan dari kedua konsep hukum dan menemukan titik temu dari kedua konsep hukum tersebut. Hasil penelitian ini memberikan penjelasan bahwa dari pandangan hukum Islam lebih memberikan kemudahan dalam pelaksanaan walimatul ‘ursy dan tidak memberikan ketentuan khusus dalam mengundang tamu, adapun kewajiban menyumbang yang timbul dari tonjokan dalam hukum Islam merupakan suatu kerelaan bukanlah suatu kewajiban. Berbeda dengan hukum Adat yang terdapat di Desa Tapung Lestari yang mewajibkan untuk memberi tonjokan dalam rangka mengundang tamu pada acara walimatul ‘ursy dan memberikan sumbangan setelah menerima tonjokan. Adapun tanggapan masyarakat terhadap adanya praktik pemberian tonjokan terbagi menjadi dua golongan yaitu golongan yang pro dengan argumen bahwa tradisi tersebut sudah turun temurun dan mengandung unsur saling tolong menolong. Sedangkan golongan masyarakat yang kontra dengan argumen bahwa tradisi tersebut bukanlah suatu hal yang mutlak untuk dilaksanakan dan bersifat pilihan saja kepada masyarakat yang mempunyai cukup biaya.en_US
dc.publisherUniversitas Islam Indonesiaen_US
dc.subjectwalimatul ‘ursyen_US
dc.subjecttradisien_US
dc.subjecttonjokanen_US
dc.titleTRADISI TONJOKAN PADA WALIMATUL ‘URSY DI DI DESA TAPUNG LESTARI KECAMATAN TAPUNG HILIR KABUPATEN KAMPAR RIAUen_US
dc.typeUndergraduate Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record