MODEL KERANGKA KERJA PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI LINGKUNGAN SEKOLAH BERBASIS PENGARUSUTAMAAN DISABILITAS
Abstract
Pedoman pengurangan risiko bencana bagi penyandang disabilitas mempunyai
peran penting dalam mitigasi bencana baik sebelum, ketika, maupun setelah terjadi
bencana terutama di lingkungan sekolah. Di Indonesia aspek disabilitas belum
diperhatikan secara serius, sehingga perlu dikaji lebih dalam dengan melibatkan
seluruh pihak tidak terkecuali dengan penyandang disabilitas. Penelitian ini bertujuan
mengintegrasikan aspek disabilitas dalam kerangka kerja pengurangan risiko bencana
di lingkungan sekolah serta menyusun model dan menguji coba kerangka kerja
pengurangan risiko bencana di lingkungan sekolah berdasarkan pengarusutamaan
disabilitas di Kabupaten Bantul.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Pemodelan
Konseptual melalui triangulasi dengan menggabungkan antara tindakan pengurangan
risiko bencana di lingkungan sekolah dan pengarusutamaan disabilitas (disability
mainstreaming), yang dilanjutkan dengan validasi I kepada ahli manajemen
kebencanaan dan ahli disabilitas untuk menghasilkan model baru (Model II) yang
kemudian diimplementasikan ke beberapa sekolah di Kabupaten Bantul sebagai
validasi III. Dari hasil validasi kemudian akan didapatkan model akhir Kerangka
Kerja Pengurangan Risiko Bencana di Lingkungan Sekolah Berbasis
Pengarusutamaan Disabilitas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa integrasi awal dengan penambahan dan
revisi pada indikator dan penilaian lokasi, struktur bangunan, sarana dan prasarana
yang aman, mudah dijangkau, dapat digunakan oleh semua termasuk penyandang
disabilitas serta aspek non struktural yang melibatkan penyandang disabilitas dalam
proses pengurangan risiko bencana. Dengan model kerangka kerja berupa rencanarencana
indikator dan penilaian aspek struktural yang memperhatikan aspek
keamanan, keterjangkauan dan kemudahan penggunaan bagi penyandang disabilitas
dan non struktural yang melibatkan seluruh stakeholder di lingkungan sekolah
termasuk penyandang disabilitas dalam pengurangan risiko bencana mulai dari tahap
kesiapsiagaan, response, evakuasi, dan emergency response. Hasil validasi
menunjukkan bahwa SLB 1 Bantul merupakan sekolah yang sudah menerapkan
kerangka kerja pengurangan risiko bencana di lingkungan sekolah berdasarkan
pengarusutamaan disabilitas dengan nilai rata-rata cukup tinggi (77%). Sedangkan MI
Ma’arif Giriloyo merupakan sekolah yang paling minim menerapkan kerangka kerja
pengurangan risiko bencana di lingkungan sekolah berdasarkan pengarusutamaan
disabilitas dengan nilai rata-rata sangat rendah (6%).