STUDI KOMPARASI TENTANG BATAS USIA PERKAWINAN ANTARA SISTEM HUKUM PERKAWINAN INDONESIA DAN MALAYSIA

Abstract

Maraknya perkawinan usia dini di kalangan masyarakat atau di beberapa negara, termasuk negara Indonesia dan Malaysia, yang kemudian menjadi perbincangan atau perdebatan masyarakat akhir-akhir ini adalah batas usia pernikahan. Sebab setiap negara berbeda-beda dalam menetapkan minimal usia perkawinan sedangkan dalam Agama Islam hanya memberikan kejelasan secara medis ataupun fisik yakni yang telah melewati masa akhil-baligh maka dapat dikatakan orang tersebut sudah dewasa dan dianggap sudah mampu bertanggung jawab. Dalam penelitian ini merupakan penelitian yuridis-normatif yang bersifat deskriptif komparatif. Pendekatan penelitian menggunakan pendekatan Undang-undang dan jenis data penelitian adalah data primer dengan bahan hukum primer dan sekunder. Teknik pengumpulan datanya berupa studi kepustakaan (Library Research). Batas usia perkawinan jika secara Agama Islam hanya menyebutkan tanda-tanda biologis kedewasaan maka Negara Indonesia dan Malaysia berijtihad untuk menetapakan usia rata-rata seseorang dapat dikatakan dewasa dan diperbolehkan serta siap untuk menikah 1974 menetapkan usia 19 tahun bagi laki-laki dan 16 tahun bagi perempuan, sedangkan Malaysia seluruh negara bagiannya secara serentak menetapkan usia 18 tahun bagi laki-laki dan 16 tahun bagi perempuan aturan salah satu yang saya ambil (Undang-undang wilayah persekutuan akta 303 tahun 1984).