Perancangan Collaborative Space di Sewon Bantul dengan Penekanan Koneksi dengan Alam
Abstract
Daerah Sewon Bantul berpotensi menjadi pusat industri kreatif skala nasional yang dibuktikan sekitar
70% produk kerajinan seperti gerabah, batik, dan kulit karya dari seniman kreatif bantul. Dengan
demikian, industri kreatif ditetapkan sebagai prioritas dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) agar berhasil perlu partisipasi dan dukungan oleh pelaku ekonomi kreatif.
Bantul Collaborative dirancang menggunakan metode Pattern-Based Framework Space yang berfokus
merespon potensi Kabupaten Bantul dalam industri kreatif subsektor kekriyaan. Tahapan desain yang
dilakukan yaitu penentuan isu perancangan, melakukan studi preseden dan mempelajari pola ruang
preseden bangunan serupa, mengidentifikasi kebutuhan pengguna, tipologi, konteks, dan elemen yang
akan diterapkan, kemudian menerapkan desain dalam rancangan hasil dari studi preseden.
Konsep penataan ruang yang diterapkan adalah mixed layout yang sangat cocok untuk meningkatkan
kenyamanan dan efisiensi kinerja yang tinggi. Dengan gabungan ruang terbuka untuk publik dan
tertutup bagi pengelola dan pengrajin mampu berkolaborasi dan beraktivitas lebih fleksibel. Sehingga
keluaran dari perancangan ini adalah bangunan yang terdiri dari 3 massa bangunan terpisah namun
masih berada didalam satu kawasan dikarenakan pada setiap bangunan memiliki privasi flow intensitas
kerja yang berbeda. Dimana Bangunan pertama terdiri dari ruang pamer, art store, pujasera, dan
workshop dikhususkan untuk publik. Sementara Bangunan kedua dikhususkan secara privat hanya bisa
diakses oleh pengrajin dan pengelola yang terdiri dari makerspace, ruang diskusi, area pengelola, dan
ruang fasilitas pendukung bagi pengrajin. Bangunan ketiga adalah ruang service yang terdiri dari
musholla dan toilet yang diperuntukkan bagi umum.
Perancangan ini mengintegrasikan elemen-elemen alami untuk menciptakan koneksi visual dengan
alam melalui bukaan yang lebar untuk memperluas pandangan pengguna yang melihat pemandangan
ke luar ruang sementara sirkulasi udara bangunan tetap terjaga, penggunaan vegetasi eksisting yang
memberikan gaya desain kesan hijau dan rindang di sekitar area bangunan, dan pemilihan material
alami seperti kayu dan batu alam yang sustainable tanpa mengesampingkan estetika dan fungsi
bangunan. Selain itu, penggunaan elemen air yang mengeluarkan suara gemercik dengan jarak sesuai
dapat menambah dimensi artistik dan meningkatkan ketenangan dan kreativitas pengguna. adapun
penyelesaian kenyamanan pengguna melalui alur sirkulasi yang jelas dan nyaman dengan hanya satu
pintu masuk dan keluar yang sama melalui jalan Parangtritis, Penentuan jarak furniture dilakukan
berdasarkan karakteristik fisik ruangan dan regulasi keselamatan, bagian ventilasi menggunakan kisikisi
jendela
yang
memiliki
kemampuan
difusi
sinar
matahari
sekaligus
memberikan
kendali
atas
aliran
udara.
Pengadaan
bukaan
melalui
pengaturan
pintu
dan
jendela
di
posisi
yang
tepat
guna
memaksimalkan
cahaya
alami
yang
masuk.
Collections
- Architecture [3718]