Show simple item record

dc.contributor.authorAlifa, Daniatussalma Talitha
dc.date.accessioned2024-05-08T04:54:51Z
dc.date.available2024-05-08T04:54:51Z
dc.date.issued2024
dc.identifier.uridspace.uii.ac.id/123456789/49018
dc.description.abstractSemenanjung Korea merupakan sebuah wilayah strategis di kawasan Asia Timur yang terbagi menjadi dua bagian pasca terjadinya Perang Korea, tahun 1950 silam. Korea Selatan dan Korea Utara seringkali terlibat tensi ketegangan kawasan yang tidak stabil akibat dari berbagai faktor yang melatarbelakangi. Berbagai kebijakan reunifikasi telah diupayakan sebagai bentuk dukungan realisasi rezim perdamaian abadi Semenanjung Korea. Salah satunya dengan penandatanganan perjanjian perdamaian Deklarasi Panmunjom pada tahun 2018. Akan tetapi, peran eksistensi Deklarasi Panmunjom belum optimal dalam mereda tensi ketegangan Semenanjung Korea. Terbukti hingga kini perpecahan dan ketidakstabilan konflik masih kental menggambarkan situasi dua Korea. Untuk itu, dalam penelitian ini penulis mencari jawaban atas rumusan masalah yang ada yaitu, mengapa konflik Semenanjung Korea masih dihadapkan pada ketidakstabilan pasca Deklarasi Panmunjom tahun 2018-2023. Ketika menjawab rumusan masalah penulis akan menggunakan pisau teori Regional Security Complex milik Buzan, dkk. Secara garis besar, alasan penyebab ketidakstabilan konflik pasca Deklarasi Panmunjom mencakup faktor- faktor kompleks yang melibatkan kepentingan politik, ideologi dan geopolitik.en_US
dc.publisherUniversitas Islam Indonesiaen_US
dc.subjectSemenanjung Koreaen_US
dc.subjectDeklarasi Panmunjomen_US
dc.subjectKorea Utaraen_US
dc.subjectKorea Selatanen_US
dc.subjectKeteganganen_US
dc.titleAnalisis Penyebab Ketidakstabilan Konflik Semenanjung Korea Pasca Deklarasi Panmunjom Tahun 2018-2023en_US
dc.typeThesisen_US
dc.Identifier.NIM20323003


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record