Show simple item record

dc.contributor.authorZahra, Andien Salsabila
dc.date.accessioned2024-03-15T01:55:49Z
dc.date.available2024-03-15T01:55:49Z
dc.date.issued2023
dc.identifier.uridspace.uii.ac.id/123456789/48331
dc.description.abstractJawa Timur merupakan suatu provinsi yang berperan sebagai lokomotif pertumbuhan ekonomi nasional. Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS), ekonomi Jawa Timur pada Triwulan II-2022 meningkat sebesar 5,74%. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada lapangan usaha transportasi dan pergudangan yang tumbuh sebesar 22,21%. Berkaitan dengan peningkatan pergerakan pesawat udara, penumpang, kargo, serta pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur, pemerintah bersamaan dengan badan usaha swasta yaitu PT Gudang Garam Tbk membangun Bandara Dhoho. Berdasarkan KM 28 Tahun 2020, bandara ini akan dibangun dengan luas lahan 454,5 Ha yang difasilitasi runway dengan panjang 3300 x 45 m2 . Penelitian ini bertujuan untuk mengusulkan alternatif desain perkerasan lentur runway dengan metode FAA cara manual, metode FAA software FAARFIELD, dan metode LCN, serta membandingkannya berdasarkan konsep desain, parameter input, prosedur perhitungan, dan hasil ketebalan. Metode desain yang digunakan adalah metode FAA cara manual berdasarkan AC 150/5320- 6D tahun 1995, metode FAA software FAARFIELD berdasarkan AC 150/5320-6G tahun 2021, dan metode LCN berdasarkan DMG 27 tahun 2011. Hasil tebal perkerasan dari ketiga metode tersebut dibandingkan dengan desain eksisting pada umur rencana 20 tahun pada masing-masing tiga tahap perencanaan. Data yang digunakan didapat dari PT Jagat Tribuana Sakti pada tahun 2023. Hasil desain metode FAA cara manual jika menggunakan material, tebal AC-WC, AC-BC, dan AC-Base yang sama dengan desain eksisting, terdapat selisih tebal base tahap I, tahap II, dan tahap III secara berurutan adalah 295 mm; 335 mm; 360 mm. Sementara selisih tebal subbase pada tahap I, II, dan III adalah 105 mm; 190 mm; 120 mm. Hasil desain dengan software FAARFIELD jika tebal AC-Base, base, dan subbase sama, terdapat selisih tebal AC-WC pada tahap I dan tahap II yaitu 10 mm, tahap III yaitu 60 mm. Selisih tebal lapis AC-BC tahap I, II, dan III yaitu 10 mm. Selisih tebal lapis subbase pada tahap I, II, dan III secara berurutan adalah 150 mm; 105 mm; 190 mm. Jika tebal base dan subbase yang sama, tetap terdapat selisih tebal base pada tahap I, II, dan III yaitu 30 mm; 45 mm; 60 mm. Selisih subbase pada tahap I, II, dan III adalah 70 mm; 125 mm; 185 mm. Jika tebal AC-WC, AC-BC, dan AC-Base yang sama, maka lapis subbase pada alternatif desain 3 lebih tebal di tahap II dan III. Hasil desain metode LCN jika tebal AC-WC, AC-BC, dan AC-Base sama, terdapat selisih tebal base pada tahap I dan II yaitu 225 mm, tahap III yaitu 175 mm. Selisih tebal subbase pada tahap I, II, dan III adalah 100 mm. Perbandingan hasil ketiga metode jika material, tebal AC-WC, AC-BC, dan AC-Base sama, maka lapis base dan subbase paling tipis terdapat pada software FAARFIELD.en_US
dc.publisherUniversitas Islam Indonesiaen_US
dc.subjectBandara Dhohoen_US
dc.subjectDMG 27en_US
dc.subjectFAARFIELDen_US
dc.subjectMTOWen_US
dc.subjectRunwayen_US
dc.titleEvaluasi Desain Struktur Perkerasan Lentur Landasan Pacu (Runway) Menggunakan Metode Faa dan Metode LCN Pada Bandara Dhoho Kedirien_US
dc.typeThesisen_US
dc.Identifier.NIM19511272


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record