Evaluasi Desain Struktur Perkerasan Lentur Landasan Pacu (Runway) Menggunakan Metode Faa dan Metode LCN Pada Bandara Dhoho Kediri
Abstract
Jawa Timur merupakan suatu provinsi yang berperan sebagai lokomotif pertumbuhan
ekonomi nasional. Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS), ekonomi Jawa Timur pada Triwulan
II-2022 meningkat sebesar 5,74%. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada lapangan usaha transportasi
dan pergudangan yang tumbuh sebesar 22,21%. Berkaitan dengan peningkatan pergerakan pesawat
udara, penumpang, kargo, serta pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur, pemerintah bersamaan
dengan badan usaha swasta yaitu PT Gudang Garam Tbk membangun Bandara Dhoho. Berdasarkan
KM 28 Tahun 2020, bandara ini akan dibangun dengan luas lahan 454,5 Ha yang difasilitasi runway
dengan panjang 3300 x 45 m2
. Penelitian ini bertujuan untuk mengusulkan alternatif desain
perkerasan lentur runway dengan metode FAA cara manual, metode FAA software FAARFIELD,
dan metode LCN, serta membandingkannya berdasarkan konsep desain, parameter input, prosedur
perhitungan, dan hasil ketebalan.
Metode desain yang digunakan adalah metode FAA cara manual berdasarkan AC 150/5320-
6D tahun 1995, metode FAA software FAARFIELD berdasarkan AC 150/5320-6G tahun 2021, dan
metode LCN berdasarkan DMG 27 tahun 2011. Hasil tebal perkerasan dari ketiga metode tersebut
dibandingkan dengan desain eksisting pada umur rencana 20 tahun pada masing-masing tiga tahap
perencanaan. Data yang digunakan didapat dari PT Jagat Tribuana Sakti pada tahun 2023.
Hasil desain metode FAA cara manual jika menggunakan material, tebal AC-WC, AC-BC,
dan AC-Base yang sama dengan desain eksisting, terdapat selisih tebal base tahap I, tahap II, dan
tahap III secara berurutan adalah 295 mm; 335 mm; 360 mm. Sementara selisih tebal subbase pada
tahap I, II, dan III adalah 105 mm; 190 mm; 120 mm. Hasil desain dengan software FAARFIELD
jika tebal AC-Base, base, dan subbase sama, terdapat selisih tebal AC-WC pada tahap I dan tahap II
yaitu 10 mm, tahap III yaitu 60 mm. Selisih tebal lapis AC-BC tahap I, II, dan III yaitu 10 mm.
Selisih tebal lapis subbase pada tahap I, II, dan III secara berurutan adalah 150 mm; 105 mm; 190
mm. Jika tebal base dan subbase yang sama, tetap terdapat selisih tebal base pada tahap I, II, dan III
yaitu 30 mm; 45 mm; 60 mm. Selisih subbase pada tahap I, II, dan III adalah 70 mm; 125 mm; 185
mm. Jika tebal AC-WC, AC-BC, dan AC-Base yang sama, maka lapis subbase pada alternatif desain
3 lebih tebal di tahap II dan III. Hasil desain metode LCN jika tebal AC-WC, AC-BC, dan AC-Base
sama, terdapat selisih tebal base pada tahap I dan II yaitu 225 mm, tahap III yaitu 175 mm. Selisih
tebal subbase pada tahap I, II, dan III adalah 100 mm. Perbandingan hasil ketiga metode jika
material, tebal AC-WC, AC-BC, dan AC-Base sama, maka lapis base dan subbase paling tipis
terdapat pada software FAARFIELD.
Collections
- Civil Engineering [4192]