Hubungan Faktor Resiko terhadap Kejadian Otitis Media Akut (OMA) pada Pasien Pediatrik di RS UII Bantul Periode 2019-2022
Abstract
Latar Belakang: Otitis media akut (OMA) adalah inflamasi yang terjadi pada
telinga tengah termasuk membrane timpani. OMA dapat terjadi pada semua umur,
meskipun begitu OMA paling sering terlihat pada anak usia 6-24 bulan.
Diperkirakan 25%-36% anak dibawah usia satu tahun telah mengalami
setidaknya satu kali episode OMA. Penyakit ini dikarakteristikan dengan adanya
efusi pada telinga tengah disertai timbulnya tanda yang dapat terlihat pada
perubahan warna membrane timpani menjadi gelap, kuning, dan keruh
sedangkan gejala akut yang sering dijumpai seperti demam, nyeri telinga, dan
keluarnya secret dari telinga. Faktor resiko OMA dapat dibedakan menjadi faktor
host dan faktor lingkungan. Faktor host termasuk usia, jenis kelamin, dan riwayat
Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA). Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan antara faktor resiko terhadap kejadian OMA pada usia
pediatrik di RS UII Bantul.
Metode: : Penelitian yang digunakan yaitu penelitian kuantitatif dengan jenis
observasional analitik dengan desain penelitian cross sectional. Instrumen yang
digunakan adalah data rekam medis pasien periode 2019-2022 yang memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi adalah pasien yang terdiagnosis OMA
di seluruh poli RS UII Bantul dengan usia dibawah 18 tahun sedangkan kriteria
eksklusi adalah pasien dengan rekam medis tidak lengkap. Penelitian dimulai pada
tanggal 5-6 Oktober 2023. Uji statistic bivariat yang digunakan adalah Chi-square
test dengan uji alternatif fisher’s exact test. Pada penelitian ini dilakukan analisis
univariat dan bivariat menggunakan software SPSS versi 23.
Hasil: Jumlah awal partisipan pada penelitian berjumlah 112 pasien otitis media
akut di RS UII Bantul, kemudian diambil 97 pasien berdasarkan kriteria inklusi dan
eksklusi. Berdasarkan analisis bivariat menggunakan chi-square test, didaptkan p-
value 0.042 yang memiliki makna signifikan antara jenis kelamin dengan kejadian
OMA . Tidak ada perbedaan yang signifikan antara kejadian OMA baru dengan
OMA rekuren terhadap ada atau tidaknya riwayat ISPA, hal ini disebabkan
sebagian besar penderita OMA baik yang baru maupun rekuren didahului oleh
kejadian ISPA. begitu pula pada faktor resiko usia, tidak ada perbedaan yang
signifikan antara kejadian OMA baru dengan OMA rekuren terhadap usia.
Kesimpulan: Jenis kelamin memiliki hubungan bermakna terhadap kejadian
OMA.
Collections
- Medical Education [2281]