Efikasi Minyak Atsiri Kayu Putih (Melaleuca Leucadendra) dan Ekstrak Limbah Kopi Espresso terhadap Rayap Tanah (Coptotermes Sp.)
Abstract
Rayap merupakan serangga yang dapat memakan selulosa pada kayu atau kertas
dan menjadi hama bagi manusia yang cukup signifikan sehingga keberadaannya
perlu dikontrol agar tidak mengganggu dan memberikan dampak negatif. Salah satu
caranya adalah dengan membuat insektisida atau termitisida. Termitisida dapat
dibuat menggunakan bahan alam (biofriendly) seperti minyak kayu putih yang
memiliki senyawa 1,8-Cineol yang mempunya sifat bioaktivitas dan limbah yang
tidak terpakai seperti limbah kopi espresso yang memiliki senyawa kafein dan
senyawa metabolit sekunder lainnya yang memiliki sifat bioaktivitas serta tidak
merusak kualitas pada kayu saat pengaplikasian. Penelitian ini bertujuan untuk
mengisolasi senyawa 1,8-Cineol dari daun kayu putih dan ekstrak kafein dari
limbah kopi espresso yang digunakan sebagai antirayap (termitisida).
Penelitian ini memiliki 4 tahapan yaitu (1) destilasi daun minyak kayu putih dengan
metode destilasi uap air dan karakterisasinya menggunakan Gas Chromatography-
Mass Spectrometry (GC-MS); (2) ekstraksi limbah kopi espresso dengan metode
maserasi dan karakterisasinya menggunakan Gas Chromatography-Mass
Spectrometry (GC-MS); (3) pembuatan larutan uji 1:1 dan 2:1 dengan
karakterisasinya menggunakan Gas Chromatography-Mass Spectrometry (GC-
MS); (4) uji bioaktivitas rayap (bioassay) dengan uji ketermakanan umpan dan
mortalitas rayap.
Hasil penelitian yang didapat yaitu (1) minyak kayu putih didapatkan rendemen
sebesar 0,9192% serta hasil karakterisasi setelah dibandingkan dengan SNI telah
memenuhi syarat; (2) ekstrak limbah kopi espresso didapatkan rendemen sebesar
3,5% dan hasil karakterisasi tidak didapatkan senyawa target yaitu kafein, namun
dapat digunakan karena terdapatnya senyawa sekunder yang dapat digunakan
sebagai antirayap (3) uji ketermakanan umpan menunjukkan larutan uji
memberikan sifat termitisidal sebagai racun setelah rayap mengonsumsi selulosa
yang telah terpapar oleh larutan uji sebesar 30,37% (1:1) dan 24,30% (2:1); (4) uji
mortalitas rayap menunjukkan larutan uji memberikan sifat termitisidal sebagai
racun pencernaan sebesar 93% (1:1) dan 100% (2:1); (5) larutan uji memiliki
potensi sebagai termitisida atau insektisida (antirayap) karena adanya sifat
bioaktivitas, yang ditandai dengan hasil tersebut dimana larutan uji dapat menjadi
racun pencernaan yang sangat baik dalam membunuh rayap namun dengan efek
yang lambat (slow action).
Collections
- Chemistry [537]