Evaluasi Aspek Teknis RBC (Rotating Biological Contactor) pada Ipal Komunal Ngudi Mulyo
Abstract
IPAL Komunal Ngudi Mulyo adalah salah satu IPAL yang menggunakan unit RBC.
IPAL tersebut telah beroperasi sejak tahun 2015 dengan beban pengolahan
sebanyak 61 KK, namun pada tahun 2018 mengalami penambahan kapasitas
pengguna sebanyak 130 KK sehingga menyebabkan RBC kurang efisien dalam
mengolah air limbah. Pada tahun 2019 adanya penambahan unit RBC oleh
PUSTEKLIM (Pusat Pengembangan Teknologi Tepat Guna Pengolahan Limbah
Cair). Saat ini IPAL Ngudi Mulyo sudah memiliki dua unit RBC dalam bentuk
paralel sehingga kualitas air limbah yang dihasilkan memenuhi baku mutu standar.
Namun aspek teknis pada RBC tidak dikontrol secara rutin, oleh karena itu perlu
adanya evaluasi efektivitas kinerja RBC. Selanjutnya untuk untuk meningkatkan
efisiensi penyisihan dilakukan simulasi menggunakan software STOAT (Sewage
Treatment Operation and Analysis over Time). Penelitian dilaksanakan dalam
waktu sampling 3 hari, yaitu pada tanggal 23 Juli–25 Juli 2023. Adapun metode
penelitian yang digunakan adalah observasi secara langsung ke lapangan dan uji
laboratorium. Alur penelitian dimulai dari kegiatan pengukuran debit, pengambilan
sampel influent dan effluent RBC, pengujian sampel serta pemodelan pada software
STOAT. Pengukuran debit dilakukan selama 3 kali dalam sehari pada jam dengan
fluktuasi debit tertinggi yaitu 07.00, 12.00, dan 16.00 WIB mengunakan metode
volumetric alat yang digunakan selang, ember 30 L dan stopwatch dilakukan pada
titik influent RBC 2. Selanjutnya untuk pengambilan sample dilakukan dengan
metode Grab Sampling mengacu pada SNI 6989.59:2008. Pengujian sampel
parameter pH, suhu, dan DO di uji langsung dilapangan sedangkan untuk uji BOD
dilakukan di Lab Kualitas Air Lingkungan UII. Selanjutnya melakukan pemodelan
melalui software STOAT versi 5.0. Perhitungan debit dilakukan dengan dua cara
yaitu dengan pengukuran langsung didapatkan rata-rata debit pengolahan RBC
sebesar 50.1 m3 /hari atau setara dengan 2.09 m3 /jam dan perhitungan sesuai dengan
jumlah KK didapatkan debit sebesar 57.6 m3
/hari. Karakteristik air limbah pada influent RBC rata-rata pH 7.17; suhu 29 °C; DO 0.21 mg/L dan untuk effluent RBC
rata-rata pH 7.53; suhu 29 ° C; DO 1.09 mg/L. Sedangkan untuk hasil uji laboratorium, rata-rata BOD Influent 32 mg/L dan effluent 13 mg/L dengan
efisiensi removal 59 %. Sedangkan rata-rata COD influent 91 mg/L dan effluent 43
mg/L dengan efisiensi removal 53%. Dari hasil evaluasi dimensi diketahui RBC
IPAL Ngudi Mulyo memiliki volume bak sebesar 2.4 m3
dan luas permukaan
sebesar 253 m2
. Setiap unit RBC memiliki satu shaft yang tersusun atas satu
rentangan baja horizontal sebagai media penyangga disk. Untuk satu shaft RBC
tersusun atas 12 stage dengan jumlah disk per stage sebanyak 9 disk, dalam satu
unit RBC IPAL Ngudi Mulyo terdiri dari 108 disk dengan kondisi media tercelup
40% dari diameter disk dan kecepatan rotasi 3.75 rpm. Diantara beberapa faktor
desain, terdapat 3 faktor yang belum memenuhi kriteria desain pada Lampiran II
Permen PU Nomor 04 Tahun 2017 diantaranya diameter disk, jarak kerapatan tiap
disk, serta kecepatan rotasi RBC. Sedangkan hasil evaluasi aspek teknis, terdapat 3
faktor yang tidak memenuhi kriteria desain diantaranya HRT dengan rata-rata 1 jam,
HLR dengan rata-rata 198 L/m2
.hari, dan G value sebesar 9.5 L/m2
sedangkan untuk
OLR dengan rata-rata 0.065 KgBOD/m3.hari, SLR dengan rata-rata 6.5 g/m2
.hari
dan Rasio BOD/COD dengan rata-rata 0.4 mg/L telah memenuhi kriteria desain.
Berdasarkan hasil simulasi model RBC pada STOAT, dapat disimpulkan bahwa
HRT, debit, dan susunan unit pengolahan sangat berpengaruh terhadap kinerja
RBC. Pada IPAL Ngudi Mulyo, efisiensi penyisihan berdasarkan variasi HRT 0.5
jam – 13 jam pada RBC paralel mencapai 59%-67%. Sedangkan pada RBC seri
efisiensi penyisihan mencapai 70%-75%. Jika dibandingkan, performa RBC seri
bekerja lebih baik dibandingkan dengan RBC paralel walaupun sudah dilakukan
optimasi pada HRT pengolahannya.
Collections
- Environmental Engineering [1430]