PKL DI BAWAH JEMBATAN LAYANG JANTI YOGYAKARTA
Abstract
Jembatan layang Janti Yogyakarta merupakan fasilitas yang diharapkan dapat mengurai kemacetan di persimpangan Janti. Jembatan ini menghubungkan Jl.Gedongkuning dengan Jl.Laksda Adisucipto dan Jl.Solo-Yogyakarta. Kawasan Janti menjadi simpul perbatasan Kota Jogja, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Sleman. Jembatan Layang Janti dibangun di atas pilar pilar raksasa penyangga, di bawahnya terdapat rel kereta api yang melintas dari arah Stasiun Lempuyangan Yogyakarta. Ditutupnya jalur di bawah jembatan yang melintasi rel kereta api membuat ruang ruang di sana menjadi kosong. Dengan keadaan kolong jembatan layang yang kosong lalu dimanfaatkan masyarakat untuk beraktivitas di sana. Aktivitas yang paling sering dilakukan di ruang kosong ini merupakan aktivitas perniagaan para PKL atau pedagang kaki lima. Kolong jembatan layang yang menjadi sarana perdagangan oleh para PKL menjadi pemanfaatan tempat atau bisa juga disebut sebagai fenomena placemaking. Selain digunakan untuk berjualan ruang ruang kosong di bawah Jembatan Layang juga digunakan menjadi tempat untuk parkir kendaraan. Tidak hanya mobil dan motor tetapi juga truk yang mana fenomena itu dapat mendatangkan masalah atau problem bagi kendaraan yang terkadang masih melintas untuk putar balik di jalan tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode behavioral mapping. Dengan demikian ditemukan tiga aktivitas mayor di tempat ini yakni perniagaan, parkir kendaraan, dan transportasi.