dc.description.abstract | Sungai Code merupakan salah satu sungai di Daerah Istimewa Yogyakarta yang
bagian hulu Sungainya didominasi oleh kegiatan pertanian, bagian tengah
merupakan kawasan pemukiman padat penduduk dan sedikit kawasan pertanian
dan industri, sedangkan bagian hilirnya merupakan kawasan pertanian, pemukiman,
industri, dan rumah makan. Sungai Code sering dimanfaatkan untuk mengairi
sawah, sebagai sumber air minum, MCK, perikanan, dan lain sebagainya. Sehingga,
sungai ini memiliki banyak aktivitas manusia yang menghasilkan limbah di
sepanjang sungainya. Hal tersebut mengindikasi bahwa Sungai Code telah berubah
secara kualitas. Dalam rangka pengelolaan kualitas air dan pengendalian
pencemaran air, perlu dilakukan penentuan status mutu air sungai secara berkala.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas dan status mutu air Sungai Code
berdasarkan parameter nitrat, nitrit, dan fosfat. Status mutu tersebut akan dapat
dihubungkan dengan strategi operasional manajemen sungai yang ekologis dan
berkelanjutan oleh pemangku kebijakan setempat. Ketiga parameter dipilih melihat
banyaknya kegiatan pertanian, peternakan, dan kawasan pemukiman penduduk di
sepanjang aliran sungai. Penentuan status mutu dilakukan menggunakan 3 metode
berbeda yaitu Indeks Pencemaran (IP), Storet, dan Canadian Council of Ministers
of the Environment. Data kualitas air merupakan data primer dengan pengambilan
sampel mengacu pada SNI 6989.57:2008 serta pengujian sampel mengacu pada
SNI 06-2480:1991 untuk nitrat, SNI-06-6989.9-2004 untuk nitrit, dan SNI 6989-
31:2021 untuk fosfat. Lokasi pengambilan sampel dipilih sebanyak 5, mengacu
pada Laporan Kualitas Air Provinsi DIY. Didapatkan hasil status mutu yang
berbeda dari ketiga metode. Status mutu Sungai Code dihitung menggunakan
Metode Indeks Pencemaran adalah tercemar ringan pada titik 1-4 dan tercemar
sedang pada titik 5. Status Mutu dihitung menggunakan Metode Storet adalah
tercemar sedang pada titik 1-3 dan tercemar ringan pada titik 4-5. Sedangkan,
menggunakan Metode CCME status mutu sungai adalah rendah, kecuali pada titik
3 status mutu sungai adalah buruk. Menurut penelitian terdahulu, metode CCME
adalah yang paling sesuai untuk menganalisis kualitas sungai yang ada di Indonesia
dengan kecenderungan iklim tropis. Hal ini karena metode CCME WQI pada
perhitungannya menggunakan data berulang dalam beberapa periode waktu
tertentu. Sehingga, hal tersebut diyakini mampu menggambarkan kondisi
lingkungan yang sebenarnya dalam periode waktu tersebut. | en_US |