Perbandingan Metode Pencampuran Konvensional dan Metode Pencampuran Dua Tahap terhadap Kinerja Hot Rolled Asphalt (HRA)
Abstract
Lapisan jalan yang umum digunakan di Indonesia yaitu Lapis Aspal Beton (Laston) dan
Lapis Tipis Aspal Beton (Lataston). Hal ini disebabkan aspal beton mempunyai beberapa kelebihan,
salah satunya harga yang lebih terjangkau dibanding beton, akan tetapi penggunaan aspal memiliki
ketahanan yang cukup kurang terhadap pengaruh air dan cuaca di Indonesia. Hot Rolled Asphalt
(HRA) adalah salah satu jenis campuran aspal panas yang mempunyai sifat elastis yang tinggi dan
mengandung agregat timpang (gap grade) dimana ada satu bagian fraksi yang tidak terdapat dalam
campurannya. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengurangi kerusakan
perkerasan dan meningkatkan mutu campuran beraspal terhadap pengaruh air dengan adanya
perbandingan dua metode pencampuran yaitu metode pencampuran konvensional dan metode
pencampuran dua tahap pada campuran Hot Rolled Asphalt (HRA) dengan bahan ikat aspal Pen
60/70.
Pada penelitian ini dilakukan empat tahapan pengujian. Tahap pertama dilakukan pengujian
sifat fisik material yang digunakan yaitu berupa agregat dan aspal. Lalu, tahap kedua dilakukan
pengujian untuk menentukan kadar aspal optimum (KAO) yang digunakan pada campuran. Setelah
didapatkan kadar aspal optimum (KAO), selanjutnya tahap ketiga dilakukan pengujian yang terdiri
dari Marshall Test, Index of Retained strength (IRS), Indeks Durabilitas Pertama (IDP), Indeks
Durabilitas Kedua (IDK), Indirect Tensile Strength (ITS), Tensile Strength Ratio (TSR), Cantabro
Loss, dan Asphalt Flow Down (AFD) dengan menggunakan metode pencampuran konvensional dan
dua tahap. Pada tahap terakhir dilakukan analisis hasil pengujian, pembahasan terhadap hasil
analisis, dan mengambil kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode pencampuran dua tahap pada
campuran Hot Rolled Asphalt (HRA) memiliki pengaruh yang signifikan yang dapat meningkatkan
kinerja dan ketahanan (durability) campuran dengan adanya pengaruh air. Pengaruh pelapisan awal
aspal pada agregat kasar membuat pori campuran terisi dengan optimal, sehingga campuran dengan
metode pencampuran dua tahap memiliki pori yang rapat dan kedap terhadap air. Hal ini dapat
dilihat pada hasil pengujian Marshall yang menghasilkan nilai angka pori campuran yang rendah,
karena banyaknya aspal yang mengisi rongga campuran, sehingga campuran memiliki nilai stabilitas
yang baik. Selain itu, peningkatan ketahanan (durability) campuran dengan metode pencampuran
dua tahap terhadap pengaruh air ditunjukkan pada hasil pengujian IRS, IDP, IDK, dan TSR dengan
hasil yang lebih tinggi nilai ketahanannya. Begitupun nilai ITS dan Cantabro Loss pada campuran
dengan metode pencampuran dua tahap memiliki kekuatan yang lebih baik dalam menerima beban.
Pada pengujian AFD tidak ada pengaruh yang signifikan, karena penggunaan bahan ikat aspal yang
sama.
Collections
- Civil Engineering [4225]