Penerapan Arsitektur Bambu Untuk Pengembangan Kawasan Desa Wisata Yang Berkelanjutan (studi kasus: Desa Wisata Turgo, Sleman)
Abstract
Tanaman bambu menyimpan berbagai potensi baik sebagai unsur pelestarian lingkungan (fungsi
ekologi) maupun sebagai unsur produksi (fungsi ekonomi) seperti industri kerajinan meubel, bahan
bangunan dan industri pariwisata. Bambu sudah ditetapkan sebagai komoditas unggulan Hasil
Hutan Bukan Kayu (HHBK) Kabupaten Sleman, dimana salah satu cluster budidaya tanaman
bambu ada di Dusun Turgo, Purwobinangun, Pakem. Penelitian ini bertujuan untuk perencanaan
bangunan dan lingkungannya untuk mewujudkan potensi-potensi yang terdapat di kawasan
tersebut melalui pemberdayaan masyarakat yang berkelanjutan, khususnya lewat bambu. Metode
yang digunakan adalah kualitatif. Konsep keberlanjutan bagi masyarakat Dusun Turgo dapat
dicapai melalui karya desain arsitektur (Sustainability in Architecture) yang mengedepankan potensi lokal yang dimiliki yaitu bambu. Peran arsitektur berperan untuk meningkatkan daya guna
bambu lewat berbagai macam desain dan kreatifitas untuk mendukung fasilitas wisata yang
dibutuhkan Dusun Turgo sebagai Desa Wisata bambu dan konservasi. Lewat aktifitas dan fasilitas
wisata dengan konsep dan bahan dasar bambu diharapkan dapat meningkatkan kunjungan
wisatawan. Selanjutnya akan menggerakkan roda perekonomian dan efek multi ganda (multiplier
effect) di Dusun Turgo yang berkelanjutan.