Show simple item record

dc.contributor.authorFEBRIANTI, VALLENTIANA PUSPITA
dc.date.accessioned2023-06-19T03:26:18Z
dc.date.available2023-06-19T03:26:18Z
dc.date.issued2023
dc.identifier.uridspace.uii.ac.id/123456789/45013
dc.description.abstractFenomena diskriminasi gender dan patriarki sebenarnya sudah terjalin sejak dahulu akibat Konfusianisme atau filosofi moral dari China yang masih dianut oleh masyarakat Korea Selatan. Bentuk diskriminasi gender dan patriarki makin meluas sejalannya dengan perkembangan arus teknologi hingga menjadi kekerasan berbasis gender online. Tindakan tersebut bergejolak menjadi digital sex crimes atau spy cam atau dalam padanan bahasa Korea Selatan yakni Molka. Penelitian ini berkmaksud untuk menganalisis fenomena Hyehwa Station Protest dalam mengatasi digital sex crimes atau Molka menggunakan instrumen Social Advocacy. Aksi Hyehwa Station Protest dalam pelaksanaanya membawa banyak efek positif hingga jangkauan yang luas untuk kampanye secara langsung dan online. Hyehwa Station Protest ingin mewujudkan masyarakat yang ideal tanpa adanya kejahatan berbasis gender seperti diskriminasi, misogini, patriarki dan bias gender di institusi pemerintahan maupun kehidupan sosial.en_US
dc.publisherUniversitas Islam Indonesiaen_US
dc.subjectDiskriminasien_US
dc.subjectPatriarkien_US
dc.subjectMisoginien_US
dc.subjectKonfusianismeen_US
dc.subjectSocial Advocacyen_US
dc.subjectMolkaen_US
dc.subjectHyehwa Station Protesten_US
dc.titleHyehwa Station Protest Sebagai Advokasi untuk Mengatasi Permasalahan Molkaen_US
dc.typeThesisen_US
dc.Identifier.NIM18323012


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record