dc.description.abstract | Aspal porus merupakan salahsatu alternatif campuran perkerasan yang
kandungan rongga/pori lebih besar, diharapkan memiliki kekesatan yang tinggi dan
pori yang dapat berfungsi sebagai saluran drainase di dalam campuran. Namun
kandungan rongga yang besar pada campuran aspal porus membuat ketahanan dan
kekuatannya lebih rendah dibandingkan dengan campuran aspal lainnya. Oleh
sebab itu, penelitian menggunakan aditif Latex sebagai solusi untuk mengatasi
kelemahan tersebut. Penggunaan alternatif dua metode pencampuran sangat perlu
untuk dilakukan juga diterapkan untuk melihat perbedaan kinerja campuran aspal
porus. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh kadar Latex terhadap
durabilitas aspal porus dengan metode pencampuran bertahap dibandingkan dengan
pencampuran konvensional.
Pada penelitian ini dilakukan beberapa tahapan pengujian laboratorium,
diawali dengan pengujian sifat fisik material terhadap agregat, aspal Pen 60/70, dan
aspal modifikasi Latex. kemudian menentukan kadar aspal optimum pada campuran
aspal porus. Selanjutnya melakukan beberapa pengujian Marshall Standard, Index
of Retained Strength (IRS), Indirect Tensile Strenght (ITS), Tensile Strength Ratio
(TSR), Cantabro Loss (CL), Asphalt Flow Down (AFD), dan Wheel Tracking
dengan variasi kadar aditif Latex 0%; 2,5%; 5%; dan 7,5% terhadap kadar aspal
optimum menggunakan metode pencampuran konvensional dan bertahap.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum campuran Porous
menunjukkan hasil ketahanan (durabilitas) yang dilihat dari hasil perendaman
waterbath pada nilai IRS, TSR dimana baik hingga 5% penambahan kadar Latex.
Menunjukkan campuran aspal porus tahan terhadap perubahan suhu, iklim dan
cuaca. nilai CL, AFD dengan penggunaan Latex sebagai aditif cenderung menurun
signifikan, dan peningkatan nilai stabilitas, MQ dan VFWA membuat campuran
aspal porus menjadi tidak berongga, sehingga campuran lebih padat tahan terhadap
daya betur dan kuat tarik. didukung dengan hasil pengujian Wheel Tracking dimana
metode pencampuran bertahap menunjukkan ketahanan deformasi yang lebih baik
sehingga mampu menerima beban lalu lintas berulang dibanding metode
pencampuran konvensional. | en_US |