Perancangan Pusat Pemberdayaan Tunagrahita Sebagai Fasilitas Edukasi Dan Interaksi Sosial Dengan Pendekatan Supportive Environment Di Desa Karangpatihan Ponorogo
Abstract
Tunagrahita merupakan orang-orang dengan kondisi kemampuan intelektual dibawah rata-rata yakni dengan
skor IQ dibawah 70. Prevalensi penyandang tunagrahita di Indonesia mencapai 3% dari jumlah penduduk secara
keseluruhan (6,6 juta jiwa). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Jawa Timur pada tahun 2018, jumlah
penyandang tunagrahita di Kabupaten Ponorogo sebanyak 239 jiwa, jumlah ini cukup tinggi jika dibandingkan
dengan daerah lain. Desa Karangpatihan merupakan salah satu desa dengan jumlah penyandang tunagrahita
terbanyak di Ponorogo yakni sebanyak 97 jiwa.
Perancangan pusat pemberdayaan dengan pendekatan supportive environment yang disesuaikan dengan
kebutuhan pengguna diharapkan mampu mendukung perkembangan masyarakat tunagrahita. Perancangan
pusat pemberdayaan tunagrahita dengan pendekatan Supportive Environment diwujudkan melalui penyediaan
fasilitas edukasi berupa pelatihan kerajinan untuk mendukung perkembangan kemampuan motorik para
tunagrahita sekaligus sebagai bekal dalam meningkatkan taraf ekonomi. Berdasarkan kondisi fisik, psikis, dan
kemampuan sosial parameter yang menjadi acuan dalam perancangan yakni kualitas visibilitas ruang dimana
tingkat keberhasilannya diukur dengan simulasi pada Software Depthmap, tingkat mobilitas, pemilihan warna,
serta penyediaan sarana interaksi sosial bagi tunagrahita dan masyarakat luas. Melaui perancangan ini
diharapkan penyadang tunagrahita mendapat bekal untuk dapat hidup secara mandiri, serta membuka mata
masyarakat luas untuk dapat memahami, menerima, dan percaya bahwa penyandang tunagrahita memiliki
kemampuan dan kesempatan untuk hidup bersama dalam lingkungan bermasyarakat.
Collections
- Architecture [3658]