Show simple item record

dc.contributor.authorABI QUHAFAH
dc.date.accessioned2023-01-26T01:58:26Z
dc.date.available2023-01-26T01:58:26Z
dc.date.issued2022-12-22
dc.identifier.urihttps://dspace.uii.ac.id/handle/123456789/41995
dc.description.abstractNegara Arab Saudi merupakan negara yang memiliki banyak keunggulan terutama di kawasan Timur Tengah. Sehingga sesuatu yang potensial apabila Arab Saudi dikategorikan sebagai aktor utama di Timur Tengah. Pada 5 Juni 2017, Arab Saudi beserta negara teluk bekerjasama untuk memblokade Qatar, yang dituduh memiliki hubungan dengan kelompok teroris Ikhwanul Muslimin (IM). Padahal jika ditinjau kembali, negara Arab Saudi pernah memiliki kedekatan dan menjadi payung teduh kelompok Ikhwanul Muslimin terutama pada masa King Abdul Aziz dan King As- Syahid Malik Faishal. Namun, kedekatan IM dan Arab Saudi kandas ketika pasca perang teluk dan diperburuk ketika terjadi 9/11. Selanjutnya, terjadi Arab Spring yang mana ditandai dengan keberhasilan meruntuhkan pemerintahan diktator negara-negara Teluk, menjadikan hubungan Arab Saudi dan IM makin memburuk dan Arab Saudi menganggap IM sebagai kelompok teroris. Oleh karena itu, terdapat beberapa kebijakan Arab Saudi untuk menangani counter-terrorism Ikhwanul Muslimin. Melalui dua pendekatan utama yang dklasifikasikan oleh David Cortright dan George A. Lopez (2007) yakni Tactical Counter-Terrorism (berbasis militer) dan Strategic Counter-Terrorism (non-militer).en_US
dc.publisherUNIVERSITAS ISLAM INDONESIAen_US
dc.titleKebijakan Arab Saudi Terhadap Gerakan Transnasional Ikhwanul Muslimin Tahun 2017-2020 Ditinjau Dari Perspektif Counter Terrorismen_US
dc.Identifier.NIM18323146


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record