Show simple item record

dc.contributor.authorMUHAMMAD ASYROF ABDIK
dc.date.accessioned2023-01-18T03:21:12Z
dc.date.available2023-01-18T03:21:12Z
dc.date.issued2022-12-12
dc.identifier.urihttps://dspace.uii.ac.id/handle/123456789/41813
dc.description.abstractKonflik suku di Afghanistan telah berlangsung selama beberapa dekade, hingga Uni Soviet mundur dari Afghanistan, perang suku di Afghanistan masih berlanjut. Konflik suku di Afghanistan kembali menguat ketika Presiden Amerika Serikat George W. Bush melepaskan serangan rudal yang pertama pada bulan Oktober 2001. Dalam kondisi seperti ini, bantuan dari pihak eksternal sangat diperlukan untuk mengupayakan perdamaian di Afghanistan. Nahdlatul ‘Ulama (NU) merupakan organisasi keagamaan terbesar di dunia, NU telah berdiri sejak tahun 1926, selama dasawarsa 2000-an NU aktif menyelenggarakan berbagai konferesi internasional dengan mengampanyekan perdamaian yang terkandung di dalam nilai Islam Rahmatan lil ‘alamin, dan bertumpu pada prinsip tasamuh, tawazun, tawassuth, dan i’tidal. Melalui sikap moderat NU dalam menghadapi isu- isu keagamaan, membuat para ulama Afghanistan tertarik untuk “berkonsultasi” dalam persoalan konflik berkepanjangan yang terjadi pada negaranya. NU fokus terhadap pendekatan sosial keagamaan tanpa kepentingan politik, analisa penggunaan konsep Faith-Based Diplomacy berhasil NU terapkan di Afghanistan sehingga kehadiran NU diterima sangat positif. Dibuktikan dengan penyatuan visi, mengadakan pertemuan berkelanjutan, membangun jembatan dalam penyampaian aspirasi kelompok untuk perdamaian, pemulihan konflik sebagai langkah mediasi konflik, dan berhasil mendirikan Nahdlatul ‘Ulama Afghanistan di tahun 2014 dan terus berkembang di 22 Provinsi hingga tahun 2019.en_US
dc.publisherUNIVERSITAS ISLAM INDONESIAen_US
dc.titleAnalisis Faith-Based Diplomacy Nahdlatul ‘Ulama Dalam Konflik Suku Di Afghanistan (2014-2019)en_US
dc.Identifier.NIM18323143


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record