Evaluasi Lingkungan Fisik Sekolah Luar Biasa Terhadap Kebutuhan Anak Down Syndrome (Studi Kasus: Slb N 1 Yogyakarta)
Abstract
Penderita dengan kekurangan kognitif seperti Down Syndrome kurang mendapatkan
perhatian dalam dunia arsitektur. Bahkan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti
pendidikan orang dengan gangguan kognitif masih memiliki pertimbangan desain yang
sangat minim. Proses pembelajaran dan interaksi anak anak down syndrome yang
memiliki ganguan kognitif berbeda dengan anak anak pada umumnya, Maka dari itu
ruang belajar harus lebih dari sekadar fungsional melainkan harus dipertimbangkan
secara mendalam dan dipersonalisasi dengan penekanan pada karakteristik pengguna.
Pendekatan desain Inklusif merupakan salah satu cara terbaik menuju keseimbangan,
kesetaraan, dan diskriminatif. maka dari itu diperlukan evaluasi terhadap sekolah luar
biasa ( SLB) tipe C dan Peraturan yang menjadi standar acuan sarana dan prasarana SLB
Sehingga sesuai dengan prinsip inclusive Design. Penelitian ini memaparkan peranan
arsitektur dengan pendekatan inklusi yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana
Lingkungan fisik sekolah dapat merespon kebutuhan anak down syndrome. Penelitian ini
akan melihat Arstitektur melalui sudut pandang down syndrome selaku pengguna dengan
bantuan expert yang berpengalaman dalam menangani down syndrome. Tolok ukur
capaian arsitektur inklusif akan mengunakan prinsip Inclusive design yang dikeluarkan
CABE untuk mengevaluasi sejauh Lingkungan fisik di Sekolah luar biasa (SLB) terhadap
kebutuhan Down syndrome agar menciptakan lingkungan belajar yang lebih inklusif.
Penelitian ini diharapkan mampu menyediakan kebijakan yang dapat digunakan para
arsitek untuk merancang ruang belajar untuk down syndrome.