Show simple item record

dc.contributor.authorMUHAMMAD RIZKI GHIFARI
dc.date.accessioned2022-09-19T08:33:30Z
dc.date.available2022-09-19T08:33:30Z
dc.date.issued2022-07-14
dc.identifier.urihttps://dspace.uii.ac.id/handle/123456789/39337
dc.description.abstractAustralia menuliskan sejarah baru dengan terpilihnya Julia Gillard sebagai Perdana Menteri perempuan pertama di negaranya. Selama masa kepemimpinannya, Gillard mendapatkan banyak kritik hingga serangan yang ditujukan kepada dirinya. Politik domestik memiliki peran dalam pembuatan politik luar negeri, sehingga penting untuk mengetahui politik domestik Australia sebelum melihat politik luar negeri Australia pada masa kepemimpinan Gillard. Teori feminisme liberal digunakan sebagai kacamata dalam melihat politik luar negeri Australia selama masa pemerintahannya. Lalu, menggunakan variabel nationalism and masculinity guna melihat konteks negara. Politik luar negeri Australia selama masa kepemimpinan Gillard, merupakan politik luar negeri yang memiliki unsur-unsur dari komitmen politik feminisme liberal. Salah satu contohnya adalah AusAID pada masa kepemimpinan Gillard, program AusAID pada masa tersebut berfokus pada isu kesetaraan gender. Adapun kebijakan seperti Australia in the Asian Century White Paper, yang memperlihatkan nilai-nilai feminisme di dalamnya karena Australia memposisikan dirinya sebagai negara yang terbuka untuk bekerja sama, alih-alih menjadi negara yang mencerminkan nilai maskulinitas.en_US
dc.publisherUniversitas Islam Indonesiaen_US
dc.subjectAustraliaen_US
dc.subjectJulia Gillarden_US
dc.subjectFeminisme Liberalen_US
dc.subjectPolitik Luar Negerien_US
dc.titleFeminisme Liberal Politik Luar Negeri Australia: Studi Kasus Masa Kepemimpinan Julia Gillard 2010-2013en_US
dc.Identifier.NIM18323036


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record