Hubungan Self-Acceptance Dan Psychological Well-Being Pada Remaja Dengan Orangtua Bercerai
Abstract
Kasus perceraian tentu akan memberikan berbagai dampak terhadap kondisi rumah
tangga, khususnya pada kehidupan anak remaja. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara Self-Acceptance dan Psychological Well-Being pada
remaja dengan orangtua bercerai. Subjek penelitian ini adalah 90 subjek remaja
laki-laki dan perempuan di Yogyakarta yang berusia 18-22 tahun dan memiliki latar
belakang orang tua yang bercerai. Peneliti menggunakan skala Ryff (1989) untuk
variabel Psychological Well-Being dan skala Berger (1952) pada variabel SelfAcceptance.
Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode
analisis dari Pearson Product Moment dengan bantuan pengolahan analisis data
menggunakan Statistical Packages for Social Sciences (SPSS) versi 21 for
windows.
Berdasarkan hasil uji normalitas menunjukkan bahwa skala Self-Acceptance
mempunyai nilai p=0.288 dan skala Psychological Well-Being mempunyai nilai
p=0.266 artinya dari masing-masing data tersebut terdistribusi secara normal. Hasil
analisis data dari penelitian ini menunjukkan bahwa adanya hubungan positif antara
Self-Acceptance dan Psychological Well-Being dengan nilai signifikan 0.000 dan
nilai koefisien korelasi 0,675 (p>0.05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin
tinggi self-acceptance yang dimiliki individu remaja dengan orang tua bercerai,
semakin tinggi pula psychological well-being yang diperoleh. Sebaliknya, jika
semakin rendah self-acceptance individu yang dimilikinya, maka semakin rendah
pula psychological well-being yang diperoleh.
Collections
- Psychology [2177]