Show simple item record

dc.contributor.advisordr. Indra Istiadi, Sp.THT
dc.contributor.authorQoriah Alfa Merlina
dc.date.accessioned2022-01-10T01:55:32Z
dc.date.available2022-01-10T01:55:32Z
dc.date.issued2012
dc.identifier.urihttps://dspace.uii.ac.id/handle/123456789/35719
dc.description.abstractLatar Belakang. Sampai saat ini penyakit faringitis masih menjadi masalah kesehatan yang sering dijumpai di negara berkembang. Di indonesia, faringitis masih merupakan satu masalah kesehatan yang terkait dengan masalah infeksi saluran pernafasan atas yang bisa menyerang siapa saja. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kesakitan terutama pada anak-anak dan dilihat dari penggunaan antibiotika yang masih tinggi. Saat daya tahan tubuh seseorang mulai menurun, penyakit faringitis rawan terjadi. Faringitis yang biasa menjadi awitan disebut dengan faringitis akut. Faringitis akut dapat menyerang semua umur, bila tidak segera diatasi akan menyebabkan terjadinya penyebaran kuman sehingga dapat menimbulkan komplikasi, yang berakibat semakin memburuknya kondisi pasien faringitis akut. Secara umum penanganan faringitis akut yaitu dengan pemberian terapi antibiotika, yang ditujukan untuk mengilangkan gejala dan keluhan penderita, membunuh serta menghambat pertumbuhan bakteri atau kuman penyebab faringitis akut, lalu menghindari resistensi bakteri penyebab infeksi dan mencegah infeksi sekunder. Tujuan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran bagaimana pemberian antibiotika untuk penyakit faringitis akut pada semua umur di RSUD Sleman Yogyakarta. Metode penelitian. Penelitian ini merupakan jenis penelitian dengan metode diskriptif observasional non analitik. Subyek dalam penelitian adalah penderita faringitis akut dari semua umur di RSUD Sleman Yogyakarta tahun 2009 - 2011 dengan jumlah sampel sebanyak 82 orang penderita faringitis akut. Karena keterbatasan sampel dan kecilnya kejadian faringitis di RSUD Sleman Yogyakarta, maka pengambilan sampel penelitian ini menggunakan metode total sampel dengan pengambilan seluruh sampel yang ada dalam kurun waktu tiga tahun terakhir yaitu 2009 - 2011. Hasil. Faringitis akut paling banyak terjadi pada usia anak-anak yakni antara umur 1 – 10 tahun sebanyak 50 penderita (60,98%), dan berjenis kelamin laki-laki 51 orang (62,20%). Antibiotika yang paling banyak digunakan adalah antibiotika amoksisilin dengan frekuensi pemberian 3 kali sehari sebanyak 67 kasus (81,70%), yang lama pemberian diberikan selama 7 hari sebanyak 42 kasus (51,22%) dan semuanya diberikan secara oral. Data tersebut terletak di atas hasilhasil dari penelitian WHO yang berkisar antara 22,70% kasus dan di Indonesia 43% kasus yang diberikan antibiotika amoksisilin pada faringitis akut. Berdasarkan data dan indikator yang ada, penggunaan antibiotika di RSUD Sleman Yogyakarta dapat dikatakan relatif tinggi, yang berarti peresepan telah selektif dan sesuai, berdasarkan kecermatan diagnosis dokter. Informasi pendukung yang dapat disajikan adalah informasi tentang golongan antibiotika amoksisilin yang paling banyak diberikan di RSUD Sleman Yogyakarta sudah mirip dengan pedoman di Indonesia (ISO Indonesia) yang menunjukan bahwa amoksisilin merupakan derivat penisilin yang paling banyak digunakan pada faringitis dan infeksi saluran pernafasan atas yang akut karena obat tersebut berspektrum luas. Kesimpulan. Penggunaan antibiotika untuk kasus faringitis akut pada semua umur di RSUD Sleman Yogyakarta Tahun 2009-2010 masih tinggi dan sudah sesuai dengan teori atau standar yang ada. Kata kunci: antibiotika, faringitis akuten_US
dc.publisherUniversitas Islam Indonesiaen_US
dc.subjectantibiotikaen_US
dc.subjectfaringitis akuten_US
dc.titlePola Penggunaan Antibiotika Dalam Penatalaksanaan Faringitis Akut di RSUD Sleman Yogyakarta Tahun 2009-2011en_US
dc.Identifier.NIM08711127


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record