Evaluasi Finansial Pada Rumah Susun Sederhana Sewa Panggungharjo Sewon Bantul Yogyakarta
Abstract
Untuk mengatasi masalah hunian yang diakibatkan oleh tingkat kepadatan penduduk
yang cukup tinggi, pemerintah kota membuat suatu sistem hunian yang layak dan dapat
terjangkau oleh masyarakat umum khususnya golongan ekonomi lemah, yaitu rumah susun
sederhana sewa. Salah satunya adalah Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) yang berlokasi
di Panggungharjo Sewon Bantul yang pembangunannya ditekankan bagi masyarakat dengan
tingkat penghasilan rendah di kabupaten Bantul, Yogyakarta.
Untuk melihat hasil finansial dari pembangunan rusunawa maka dilakukan evaluasi
finansial terhadap pengelolaan rusunawa tersebut. Parameter biaya yang digunakan dalam
eveluasi finansial ini adalah biaya investasi awal, biaya sewa, biaya operasional dan biaya
pemeliharaan. Biaya sewa yang diterapkan pada rusunawa ini mengalami kenaikan 5% setiap 5
tahun. Metode evaluasi finansial dalam tugas akhir ini menggunakan metode BEP dan NPV
dengan menggunakan factor diskonto (i = 9,72%) dan nilai inflasi 6,16% pada saat evaluasi.
Pada evaluasi rusunawa tersebut, titik impas atau BEP tidak dapat terjadi dan nilai NPV
< 0 yaitu (RP. 24.207.615.711), minus Rp.2.207.615.711 dari modal awal sebesar Rp.
22.000.000.000 karena bentuk investasi ini merupakan program pemerintah untuk memberikan
fasilitas tempat tinggal bagi warga Bantul yang tinggal di pinggiran kota dengan tingkat
penghasilan rendah, sehingga investasi rumah susun sederhana sewa ini tidak terlalu
memperhitungkan laba. Kelayakan investasi ini dapat berupa dampak atau manfaat setelah
adanya pembangunan rusunawa tersebut, diantara dampak atau manfaat yang ada yaitu dari segi
perubahan sosial, ekonomi dan geografi perkotaan pada umumnya.
Secara umum dapat dikatakan bahwa investasi rumah susun sederhana sewa ini akan
menguntungkan bila dilakukan perubahan nilai parameter biaya untuk dapat tercapai BEP dan
layak dari segi finansial, yaitu dengan menaikkan harga sewa kamar yang bisa dijangkau oleh
penghuni berpenghasilan rendah dan kenaikan biaya sewa sebesar 30% setiap 2 tahun. Dari
evaluasi alternatif 1 dapat terjadi BEP pada tahun ke-32,42 (32 tahun 5 bulan 12 hari) dan nilai
NPV > 0 yaitu Rp. 36.398.002.522, positif Rp. 14.398.002.522 dari investasi awal.
Bila ada investor yang ingin berinvestasi, maka sebaiknya BEP dapat direncanakan lebih
cepat agar dapat terjadi pada tahun ≤ 20 tahun, yaitu dengan biaya sewa kamar yang diterapkan
dan kenaikan biaya sewa sebesar 30% setiap 2 tahun. Dari evaluasi alternatif 2 dapat terjadi BEP
pada tahun ke-19,85 (19 tahun 10 bulan 6 hari) dan nilai NPV > 0 yaitu Rp. 105.799.368.132,
positif Rp. 83.799.368.132 dari investasi awal. Dengan demikian evaluasi alternatif 2 dapat
dikatakan layak dari segi finansial untuk investasi rusunami atau apartemen yang dilakukan
investor (swasta).
Diharapkan setelah adanya rusunawa mampu memenuhi kebutuhan hunian yang
dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukungnya bagi seluruh masyarakat yang didukung
oleh sistem pembiayaan perumahan jangka panjang yang berkelanjutan, efisien, dan akuntabel
untuk mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh. Sehingga terwujud lingkungan perkotaan dan
perdesaan yang sesuai dengan kehidupan yang baik dan berkelanjutan, serta mampu memberikan
nilai tambah bagi masyarakat, merupakan indikasi terwujudnya pembangunan yang lebih merata
dan berkeadilan (uu no. 17 tahun 2007).
Collections
- Civil Engineering [4205]