Ruang Terapi Lansia di Baciro, Yogyakarta Pendekatan Perancangan Healing Environment
Abstract
Ruang Terapi Lansia di Baciro, Yogyakarta
Pendekatan Perancangan Healing Environment
Tania Zianty 11512312 – Dr. Yulianto Purwono Prihatmaji, S.T., M.T
Warga RW 05 memiliki 3 kriteria strata yaitu strata menengah atas, strata menengah, dan strata
menengah ke bawah. Akan tetapi didominasi oleh warga dengan strata menengah dan menengah atas.
Karena kondisi inilah warga dengan strata tersebut memiliki banyak kesibukan yang pada umumnya
sibuk untuk bekerja. Hal ini langsung berakibat kepada banyaknya jumlah warga lansia di RW 05 yang
ditinggalkan keluarganya sehingga lansia tidak memiliki kegiatan dan merasa terasingkan, bahkan
banyak lansia yang hanya tinggal seorang diri di rumah. Selain itu wilayah RW 05 memiliki sumber air
sumur dan PDAM yang sama-sama tercemar, air sumur warga tercemar oleh bakteri Escherichia Coli
atau biasa disebut E.coli yang telah melebihi ambang batas wajar, sedangkan sumber air PDAM tercemar
oleh Pertamina yang menyebabkan kondisi air memiliki bau dan tidak jernih. Dalam memecahkan
permasalahan tersebut maka diperlukan adanya ruang terapi lansia di RW 05 Danukusuman, Baciro,
Yogyakarta.
Metoda yang digunakan adalah metoda sinoptik terbagi menjadi 2 yaitu primer/langsung dan
sekunder/litelatur. Metoda primer/langsung dilakukan dengan cara survey dan observasi site, wawancara,
dan kuisioner, sedangkan metoda sekunder/litelatur didapatkan melalui buku, mata kuliah atau seminar
yang pernah diikuti yang sesuai dengan tema perancangan yang diangkat, juga melalui instansi mengenai
peraturan bangunan terkait. Setelah metoda sinoptik selesai dilakukan, maka dilakukan metoda untuk
mengidentifikasi permasalahan. Metoda identifikasi masalah dilakukan setelah menghasilkan data yang
diperoleh dari metoda sinoptik. Setelah metoda identifkasi masalah terselesaikan, maka dilakukan metoda
perumusan konsep desain. Metoda ini dilakukan setelah masalah lansia teridentifikasi, diperoleh
kebutuhan ruang bagi lansia dari hasil analisis kegiatan, dan standar besaran ruang yang dibutuhkan oleh
lansia dari studi litelatur.
Desain ruang terapi lansia diterapkan berdasarkan konsep healing environment yang mendukung
proses penyembuhan bagi lansia secara fisik maupun psikis. Secara fisik diterapkan melalui adanya terapi
fisik pada lansia yaitu terapi rendam kaki dengan air hangat, senam sehat lansia, dan kesenian.
Penempatan ruang terapi fisik terletak pada bagian selatan site karena memiliki kebisingan yang tinggi.
Secara psikis diterapkan melalui adanya terapi berupa percakapan ringan mengenai permasalahan yang
dihadapi oleh lansia juga adanya bimbingan keagamaan/rohani, terapi psikis didukung oleh desain
interior pada ruangannya yaitu dengan terdapatnya kolam gemericik air, sehingga ketika lansia sedang
menjalani proses terapi psikis terdapat gemericik air yang memberikan efek tenang kepada lansia.
Penempatan ruang terapi psikis terletak pada bagian utara dan berjauhan dengan ruang terapi fisik karena
membutuhkan ketenangan. Selain ruang terapi lansia juga terdapat water treatment yang berfungsi
sebagai tempat pengolahan air sungai menjadi air bersih yang nantinya dapat menjadi salah satu sumber
air bagi warga RW 05 dan sebagai media terapi bagi lansia, water treatment memiliki beberapa tahapan
pada prosesnya sebelum menjadi air bersih. Penempatan water treatment terletak dibagian tengah karena
pertimbangan penyaluran air untuk ruang terapi lansia dan untuk warga RW 05 yang letaknya tersebar.
Kata kunci : Lansia, pencemaran air, terapi lansia, water treatment, healing environment
Collections
- Architecture [3658]