Show simple item record

dc.contributor.advisorSyarifah Ismailiyah Al Athas, ST., MT., IAI.
dc.contributor.authorKinanti Syafira
dc.date.accessioned2021-09-09T04:19:42Z
dc.date.available2021-09-09T04:19:42Z
dc.date.issued2021
dc.identifier.urihttps://dspace.uii.ac.id/handle/123456789/32318
dc.description.abstractKepulauan yang berada di bagian timur Pulau Sumatera, Bangka Belitung, selain kaya akan keindahan alam juga kaya akan kandungan mineralnya. Bangka Belitung dikenal sebagai satusatunya daerah penghasil timah di Indonesia. Aktivitas pertambangan yang telah ada sejak bertahun-tahun lalu berdampak nyata terhadap lingkungan hidup, berakhir dengan meninggalkan lahan-lahan terlantar dengan kondisi topografi serta lanskap yang tidak beraturan, penurunan kualitas lahan, dan terjadinya kenaikan suhu udara kawasan. Area Kampoeng Reklamasi Air Jangkang misalnya yang kegiatan pertambangan timahnya telah berakhir masa aktifnya sejak tahun 2010 dan telah dilakukan reklamasi yang dimulai pada tahun 2013. Sampai saat ini, beberapa areal telah dikembangkan dan mulai berubah menjadi kawasan hijau yang dibalut dengan konsep agrowisata, namun beberapa areal lainnya masih belum diolah setelah tahap reklamasi selesai dilaksanakan. Seiring dengan kondisi tersebut, pemerintah sedang mengupayakan strategi pengembangan pariwisata daerah. Salah satu strategi ialah penanganan kerusakan lingkungan hidup pasca pertambangan timah melalui implementasi sebuah wisata yang berwawasan lingkungan. Mengingat Bangka Belitung sebagai salah satu destinasi pariwisata prioritas Indonesia, salah satu jenis wisata unggulan yang dapat dikembangkan adalah Ekowisata. Ekowisata menjadi pendekatan dalam rancangan Tourism Gallery dengan menghadirkan konsep edukasi terkait pelestarian lingkungan pascatambang timah dan kekayaan budaya di dalamnya. Konsep Ekowisata ini ditujukan untuk dapat mendukung pengembangan wisata lingkungan dan budaya sebagai sebuah perjalanan yang mengedukasi. Selain itu, untuk dapat berkontribusi dalam pelestarian lingkungan yang berkelanjutan, konsep pengendalian lahan, bangunan yang hemat energi, dan kenyamanan dalam ruang menjadi tolok ukur dalam evaluasi rancangan yang sesuai dengan standar penilaian dari GBCI. Dari 5 kategori penilaian; ASD, EEC dan IHC dipilih untuk dapat dilihat kriteria penilaian yang dijadikan sebagai tolok ukur keberhasilan desain dengan total 7 tolok ukur dari ketiga kategori tersebut. Selain itu, dalam analisis, dilakukan pengujian bayangan massa bangunan, dan uji pencahayaan menggunakan software VELUX Daylighting Visualizer. Hasil uji pencahayaan di beberapa titik masih belum merata penyebarannya yang dapat terlihat dari titik merah pada pengujian, namun hal tersebut dapat diselesaikan dengan tata lanskap di area dengan pencahayaan tinggi. Kata Kunci : Keberlanjutan Lingkungan, Reklamasi, Tourism Gallery, Ekowisataen_US
dc.publisherUniversitas Islam Indonesiaen_US
dc.subjectKeberlanjutan Lingkunganen_US
dc.subjectReklamasien_US
dc.subjectTourism Galleryen_US
dc.subjectEkowisataen_US
dc.titleAiirr JJangkang Tourriissm Gallllerry Tourism Gallery dengan Pendekatan Ekowisata Berbasis Edukasi di Kampoeng Reklamasi Air Jangkang, Bangkaen_US
dc.Identifier.NIM17512136


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record