Perancangan Museum Biologi UGM Yogyakarta dengan Pendekatan Adaptive Reuse dan Infill Design
Abstract
Museum Biologi UGM Yogyakarta adalah museum dengan klasifikasi khusus dalam bidang pendidikan. Koleksi di dalam museum berupa flora dan fauna. Untuk koleksi fauna terdapat seperti awetan kering dan basah, kerangka, taksidermi.
Pengunjung Museum Biologi tergolong sepi, namun terkadang terdapat cukup banyak pengunjung pada momen khusus ketika ada kunjungan dari sekolah atau universitas. Koleksi yang dipamerkan terlalu banyak, sedangkan ruang yang ada sangat terbatas. Sehingga menyebabkan kurang maksimalnya tata ruang dan ketidak-nyamanan pada sirkulasi. Beberapa koleksi diletakkan di area yang kosong di dalam ruangan tanpa mempertimbangkan pentingnya kemudahan aksesibilitas. Didalam museum juga sangat minim pencahayaan buatan dan belum ada control khusus terhadap pencahayaan alami. Hal ini menjadi penting karena beberapa koleksi memang perlu perlakuan khusus.
Penataan ruang yang tidak terlalu terintegrasi dikarenakan bangunan eksisting dengan fungsi dan tipologi dulunya sebagai hunian sekaranh dijadikan menjadi sebuah museum, sedangkan bangunan museum memiliki syarat dan standar tersendiri. Bangunan Museum Biologi UGM merupakan bangunan warisan budaya terletak di kawasan Mergangsan. Bangunan warisan budaya di kawasan Mergangsan memiliki ciri khas langgam yang unik yaitu Indische.
Dari analisis mengenai Museum Biologi UGM dapat dilakukan pengembangan dengan pendekatan Adaptive Reuse dan Infill Design. Langkah yang dilakukan yaitu merancang bangunan museum menggunakan rumah indsich dengan lahan kosong tanpa membongkar bangunan eksisting, dan menerapkan konsep compatible-laras untuk menyesuaikan dengan konteks sekitar yaitu kawasan cagar budaya. Perancangan Museum Biologi UGM ini diharapkan dapat mengadaptasi bangunan eksisting dan mampu menambah massa baru untuk dapat menunjang kebutuhan museum.
Kata Kunci: pengembangan, Museum Biologi UGM, cagar budaya, adaptive reuse, infill design
Collections
- Architecture [3658]