Show simple item record

dc.contributor.authorYakub, Ismail
dc.date.accessioned2017-07-26T04:02:57Z
dc.date.available2017-07-26T04:02:57Z
dc.date.issued2001
dc.identifier.urihttp://hdl.handle.net/123456789/3166
dc.description.abstractDalam strategi pengembangan nasional maupun kebijaksanaan Pemerintah Daerah TK I Jateng, Kota Surakarta telah ditetapkan sebagai pusat pengembangan Jawa Tengah bagian Timur dan Selatan dan pusat zona industri Surakarta -Yogyakarta serta sejak ditetapkannya Bandara Adi Sumarmo sebagai bandara internasional, kota Surakarta diharapkan sebagai pintu gerbang pariwisata dan bisnis internasional Jawa Tengah. Sektor industri dan perdagangan kota Surakarta juga mengalami perkembangan yang cukup pesat yang ditunjukan dengan meningkatnya perusahaan baru dan meningkatnya kunjungan pebisnis datang ke kota Surakarta pada sepuluh tahun terakhir, walau mengalami kehancuran di beberapa pusat perdagangan pada kerusuhan mei 1998 kegiatan bisnis bisa bangkit kembali pada awal tahun 2000. Meningkatnya para pebisnis dan wisatawan yang berkunjung ke kota Surakarta dan masih sedikitnya jumlah kamar hotel berbintang di Surakarta sehingga perlu adanya hotel yang bisa mengakomodasi para wisatawan sekaligus cocok untuk para pebisnis yaitu hotel yang berada di dekat pusat budaya dan dekat dengan pusat perdagangan atau pusat bisnis. Lokasi hotel yang direncanakan yang cocok dengan kriteria diatas adalah berada pada lahan seluas 8000 m2 milik PT Pondok Solo Permai yang masih berada di pusat perdagangan Benteng Kodya Surakarta. Hotel yang direncanakan mempunyai klasifikasi hotel bintang empat dengan jumlah kamar sebanyak 200 kamar (186 kamar ukuran standar dan 14 kamar ukuran suite room) dengan fasilitas 2 buah restoran, bar, coffee shop, 2 ruang konvensi dengan kapasitas masing -masing 200 orang, ballroom dengan kapasitas 800 orang, klub kesehatan, kolam renang dan lapangan tenis. Total luas bangunan seluruhnya mencapai 20377 m². Lokasi hotel yang berada ditengah-tengah pengelompokan bangunan yang berbeda yaitu pusat perkantoran (dengan bangunan modern dan kolonial), pusat kebudayaan (kraton kasunanan dengan bangunan jawanya) dan pusat perdagangan (dengan bangunan modern dan kolonial). Dari keadaan tersebut maka hotel yang akan direncanakan menggunakan pendekatan teori kontekstual sehingga di dapatkan tampilan rancangan bangunan hotel yang sesuai dengan identitas kawasan tersebut. Teori yang digunakan adalah teori komposisi yang diterapkan pada tata masa bangunan dan tampak bangunan yang simetri. Teori style diterapkan pada penggunaan bukaan-bukaan dengan dimensi besar, penggunaan gable pada foyer, pendetailan kolonial, penggunaan tipe atap limasan khas arsitektur Jawa dan fasade modern pada lantai 4 keatas pada bangunan masa utama. Teori juxtapositin of reason and memory diterapkan pada kekhasan arsitektural pada setiap masa bangunan. Yang terakhir adalah teori place diterapkan pada penggunaan interior bangunan yang sesuai dengan budaya setempat yaitu interior khas Jawa.en_US
dc.publisherUII Yogyakartaen_US
dc.subjectHotel Bintang Empaten_US
dc.subjectKawasan Perdaganganen_US
dc.subjectBenteng Kodya Surakartaen_US
dc.subjectPendekatan Teori Kontekstualen_US
dc.titleHotel Bintang Empat di Kawasan Perdagangan Benteng Kodya Surakarta: Pendekatan Teori Kontekstualen_US


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record