Show simple item record

dc.contributor.advisorDr-Ing. Putu Ayu P. Agustiananda., ST., MA
dc.contributor.author16512125 Diyanti Virda Kumalasari
dc.date.accessioned2021-08-05T08:56:11Z
dc.date.available2021-08-05T08:56:11Z
dc.date.issued2020
dc.identifier.urihttps://dspace.uii.ac.id/handle/123456789/31387
dc.description.abstractLasem merupakan sebuah kecamatan yang beradadi pesisir Utara Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Dengan jarak sekitar 12 km dari Kota Rembang. Sedangkan dengan luasnya 4.504 hektar. Sekitar abad ke-13 Lasem digunakan sebagai tempat bermukimnya imigran dari Tiongkok. Hal tersebut mengakibatkan banyaknya bangunan bergaya Tionghoa di daerah tersebut. Saat ini banyak bangunan yang sudah tidak ditinggali para pemiliknya. Keadaan Lasem saat ini yang tampak menua dalam masa kini seperti barang tak bertuan. Seakan kawasan Pecinan yang berdenyut sangat lamban. Masa keemasan berakhir saat perekonomian di masa setelah datangnya VOC di Lasem. Faktor dari perkonoian yang berhasil yaitu dari segi perdagangan candu dan industri batik. Batik merupakan salah satu bukti akulturasi Tionghoa-Jawa. Dimana saat ini batik Lasem tidak berjaya seperti dulu. Pendistribusiannya dapat mencapai seluruh negri. Etnis Tionghoa menguasai batik pada tahun1900-an, sedangkan para pekerjanya adalah penduduk pribumi. Batik Lasem memiliki motif yang sangat rumit yang terdapat filosofi makna pada setiap helai kain batik yang di gores canting. Sehingga banyak diburu kolektor sampai saat ini. Namun, kurangnya fasilitas ruang pamer dan jual untuk menyimpan koleksi batik membuat Lasem tidak memiliki koleksi berbagai macam motif batik zaman dahulu hingga sekarang. Saat ini semakin bertambahnya motif-motif baru batik Lasem. Pentingnya menyimpan berbagai koleksi batik terutama yang memiliki makna dan sejarah yang panjang hingga menjadikan Lasem seperti sekarang. Berbagai festival dan acara untuk menjaga warisan budaya batik Lasem. Sejak tahun 2012 lomba membatik disahkan dan diadakan setiap tahunnya hingga sekarang. Namun, sampai sekarang belum memiliki tempat untuk melakukan berbagai event tersebut diantaranya expo, workshop, lomba membatik, fashionshow, dan bazar batik. . Untuk merespon masalah dan potensi yang dimiliki daerah Lasem perlunya diciptakan tempat untuk mewadahi budaya akulturasi Tionghoa-Jawa. Dengan pendekatan adaptive reuse yang memanfaatkan rumah Tionghoa agar direpresentasikan kembali bentuk asli arsitektur Tionghoa. Sehingga masyarakat Jawa maupun Tionghoa dapat mengenal kembali kemegahan rumah Tionghoa pada masa kejayaannya di Lasem . Batik sebagai salah satu pemasok perekonomian masyarakat Lasem yang tinggi pada abad 15 ditampilkan kembali. Serta berbagai akulturasi budaya Tionghoa-Jawa dapat ditampilkan dan dinikmati seluruh masyarakat.en_US
dc.publisherUniversitas Islam Indonesiaen_US
dc.subjectDesain Pusat Etnik Tionghoa-Jawaen_US
dc.subjectJembatan Akulturasi Lasem, Rembangen_US
dc.subjectPendekatan Adaptive Reuseen_US
dc.titleDesain Pusat Etnik Tionghoa-Jawa Sebagai Jembatan Akulturasi Lasem, Rembang Dengan Pendekatan Adaptive Reuseen_US
dc.Identifier.NIM16512125


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record