Desain Pusat Etnik Tionghoa-Jawa Sebagai Jembatan Akulturasi Lasem, Rembang Dengan Pendekatan Adaptive Reuse
Abstract
Lasem merupakan sebuah kecamatan yang beradadi
pesisir Utara Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Dengan
jarak sekitar 12 km dari Kota Rembang. Sedangkan dengan
luasnya 4.504 hektar. Sekitar abad ke-13 Lasem digunakan
sebagai tempat bermukimnya imigran dari Tiongkok.
Hal tersebut mengakibatkan banyaknya bangunan bergaya
Tionghoa di daerah tersebut. Saat ini banyak bangunan
yang sudah tidak ditinggali para pemiliknya. Keadaan
Lasem saat ini yang tampak menua dalam masa kini seperti
barang tak bertuan. Seakan kawasan Pecinan yang berdenyut
sangat lamban. Masa keemasan berakhir saat perekonomian
di masa setelah datangnya VOC di Lasem. Faktor
dari perkonoian yang berhasil yaitu dari segi perdagangan
candu dan industri batik. Batik merupakan salah satu bukti
akulturasi Tionghoa-Jawa. Dimana saat ini batik Lasem tidak
berjaya seperti dulu. Pendistribusiannya dapat mencapai
seluruh negri.
Etnis Tionghoa menguasai batik pada tahun1900-an,
sedangkan para pekerjanya adalah penduduk pribumi. Batik
Lasem memiliki motif yang sangat rumit yang terdapat
filosofi makna pada setiap helai kain batik yang di gores
canting. Sehingga banyak diburu kolektor sampai saat ini.
Namun, kurangnya fasilitas ruang pamer dan jual untuk
menyimpan koleksi batik membuat Lasem tidak memiliki
koleksi berbagai macam motif batik zaman dahulu hingga
sekarang. Saat ini semakin bertambahnya motif-motif baru
batik Lasem.
Pentingnya menyimpan berbagai koleksi batik
terutama yang memiliki makna dan sejarah yang panjang
hingga menjadikan Lasem seperti sekarang. Berbagai
festival dan acara untuk menjaga warisan budaya batik
Lasem. Sejak tahun 2012 lomba membatik disahkan
dan diadakan setiap tahunnya hingga sekarang. Namun,
sampai sekarang belum memiliki tempat untuk melakukan
berbagai event tersebut diantaranya expo, workshop,
lomba membatik, fashionshow, dan bazar batik. .
Untuk merespon masalah dan potensi yang dimiliki
daerah Lasem perlunya diciptakan tempat untuk
mewadahi budaya akulturasi Tionghoa-Jawa. Dengan
pendekatan adaptive reuse yang memanfaatkan rumah
Tionghoa agar direpresentasikan kembali bentuk asli arsitektur
Tionghoa. Sehingga masyarakat Jawa maupun
Tionghoa dapat mengenal kembali kemegahan rumah
Tionghoa pada masa kejayaannya di Lasem . Batik sebagai
salah satu pemasok perekonomian masyarakat
Lasem yang tinggi pada abad 15 ditampilkan kembali.
Serta berbagai akulturasi budaya Tionghoa-Jawa dapat
ditampilkan dan dinikmati seluruh masyarakat.
Collections
- Architecture [3648]