Simpul Bertahan Hidup Jogoyudan+ Perancangan Jalinan Jaringan Pemukiman Kampung Jogoyudan, Yogyakarta sebagai Sistem Responsif dengan Pendekatan Arsitektur Survival
Abstract
Setiap manusia pasti telah, sedang, atau akan merasakan fase bertahan hidup
dalam kehidupannya. Bertahan hidup sendiri tidak hanya dimaknai sebagai
pertahanan hidup terhadap kejadian yang memiliki efek besar atau drastis seperti
bencana atau peperangan, tetapi juga termasuk kondisi yang kita alami
sehari-hari. Perancangan ini berfokus pada arsitektur yang mampu mendukung
kampung Jogoyudan, sebuah distrik rentan di bantaran sungai Code, Yogyakarta,
untuk bertahan hidup dari kompleksitas permasalahan urban, seperti ancaman
banjir besar, kesulitan ekonomi, hingga kualitas hidup pemukim. Pendekatan arsitektur
survival pada perancangan ini mencoba untuk mengekstraksi cara dan sifat
manusia bertahan hidup saat keadaan terkritis pada kondisi yang memaksa untuk
bertahan hidup. Kemudian, menerapkan aspek atau parameter tersebut pada
arsitektur sebagai wadah sekaligus alat pertahanan hidup sebuah komunitas.
Pertahanan hidup yang coba diusulkan pada kampung Jogoyudan adalah dengan
memainkan lapisan kampung. Pemukiman secara utuh sebagai sebuah sistem
yang kompak akan dinaikkan ke atas untuk merespon kemungkinan banjir besar
yang datang periodikal. Kemudian, sisa puing bekas pemukiman akan diolah
menjadi fitur rekreatif kota yang dapat mendatangkan penghasilan untuk kampung.
Konsolidasi lahan dilakukan dengan menaikkan kampung secara bertahap dan
menumpu pada kolom yang ditanam di sela-sela ruang kampung. Hubungan antar
kolom akan menghasilkan grid organis yang siap diisi berdasarkan kemauan dan
kemampuan warga. Hasilnya, Simpul Bertahan Hidup+ ini menjadi kampung baru
yang berkembang di atas kampung lama dengan mengadaptasi kampung secara
keseluruhan, baik fisik, komponen, nilai, dan kebiasaan mereka.
Kata Kunci: Bertahan Hidup, Pemukiman, Adaptasi, Konsolidasi, Jogoyudan
Collections
- Architecture [3656]